Jurnalis
yang merupakan alumni Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dengan
peningkatan produktivitas lahan yang meningkat tajam pada era tersebut,
mengakibatkan kita lupa akan penggunaan pupuk organik. Atau yang paling
simpel mengembalikan sisa-sisa pasca panen seperti jerami atau sering
disebut biomassa ke lahan.
Dampaknya tanah menjadi sakit dengan indikator C-organik rendah. Di
masa lalu tanah kita masih sehat dengan kadar C-organik 2-5%. Kini kadar
C-organik tanah umumnya kurang dari 2%.
Menurut Intan Nariratih, MMB Damanik, Gantar Sitanggang, (2015: 479) (1) tanah pertanian di Indonesia seperti jenis tanah; 1) tanah Entisol (T1), 2) tanah
Inceptisol (T2), 3) tanah Ultisol (T3)ini perlu adanya
penambahan bahan organik sebagai upaya meningkatkan ketersediaan N, memperbaiki kualitas
tanah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Karena bahan organik sendiri merupakan sumber koloid organik yang memiliki banyak keunggulan seperti mampu menyediakan hara makro dan mikro, dapat menghelat unsur logam yang bersifat racun, meningkatkan kapasitas menyangga air, meningkatkan nilai KTK, merupakan sumber energi bagi aktivitas organisme tanah, serta bersifat ramah lingkungan karena berasal dari residu mahkluk hidup dan limbah pertanian seperti jerami padi dan kulit kakao atau limbah peternakan seperti kotoran unggas (Intan Nariratih, MMB Damanik, Gantar Sitanggang, 2015: 479) (1)
Oleh sebab itu produktivitas lahan dapat dikembalikan bila tanah kembali disehatkan
dengan meningkatkan kadar C-organik. “Tentu caranya dengan mengembalikan
sebanyak mungkin biomassa ke tanah. Prakteknya dengan memberikan pupuk
organik.
Sebetulnya
teknologi pembuatan pupuk organik telah dikuasai oleh para peneliti dan
petani maju di tanah air. Namun demikian perlu adanya sosialisasi yang
terus menerus sehingga semangat petani tidak kendor. Peran media masa
sangat penting dalam rangka membumikan pentingnya pupuk organik ke
petani.
Pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran atau
bagian tubuh hewan serta limbah organik lainnya yang telah melalui
proses rekayasa. menggunakan EM-4 sebagai proses untuk mempermudah
fermentasi sehingga dalam waktu 3-4 hari hasil fermentasi kotoran hewan,
sisa tumbuhan menjadi pupuk organik yang siap pakai di lahan pertanian,
budidaya hortikultura, budidaya bungan, dan lain sebagainya.
Pengkayaan tersebut untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Untuk
pembuatan pupuk organik ada dua cara yaitu melalui pengomposan, dan
fermentasi dengan bantuan EM-4. Namun semua itu sangat tergantung dari
kreatifitas dari petani. Namun demikian kelemahan pupuk organik yang
sampai sekarang ini belum bisa dikendalikan adalah dengan menaburkan
pupuk organik khususnya pada lahan sawah akan meningkatkan tumbuhnya
gulma terutama biji-bijian yang dibawa di kotoran hewan. Untuk itu
perlu teknologi yang tepat guna agar bisa menghasilkan pupuk organik
dengan kualitas tinggi.
Referensi
(1) Intan Nariratih, MMB Damanik , Gantar Sitanggang. (2013). Ketersediaan Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya Pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013.
Penulis: (redaksi/agoeshendriyanto/pemerhati ketahanan pangan)

