MATA KULIAH SOSIOLINGUISTIK
SEMESTER GENAP 2023-2024
Ruang Lingkup Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan. Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya masyarkat penutur bahasa (Kunjana , 2001: 12).
Sosiolinguistik adalah ilmu yang bersifat multidisipliner atau gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan linguistik. Sebagi ilmu yang bersifat multidisilpliner, sosiolinguistik berusaha menjelaskan kemampuan manusia di dalam menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi (Ohoiwutan, 1997: 9).
Masih dalam pengertian yang sama Spolsky (1998: 3) menyatakan ”Sociolinguistik is the field that studies the relation between language and society, between the uses of language and the social structure, in wich the users of language live” (Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat, antara pemakaian bahasa dan struktur sosial di dalam pemakaian bahasa sehari-hari).
Hudson (1996: 1) menyatakan ”Sociolinguistic is studi of language in relation to society” (Sosiolinguistik mengkaji bahasa di dalam hubungannya dengan faktor-faktor kemasyarakatan/sosial). Nababan (1993:2) menjelaskan sosiolinguistik ialah studi bahasa yang berhubungan dengan penutur bahasa sebagai anggota masyarakat, atau mempelajari aspek-aspek kemasyarakatan bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan/sosial.
Selanjutnya ia menambahkan bahwa sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam konteks sosial kebudayaan, menghubungkan faktor-faktor budaya, serta mengkaji fungsi sosial dan pemakaian bahasa dalam masyarakat.
Menurut Mansoer Pateda (1992:3) memberikan definisi sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari bahasa dan pemakaian bahasa dalam konteks budaya. Orang berbahasa harus memperhatikan konteks budaya tempat ia bertutur. Diharapkan dengan memahami prinsip-prinsip sosiolinguistik setiap penutur akan menyadari betapa pentingnya peranan ketepatan pemilihan bahasa sesuai dengan konteks sosial budaya.
Nababan (1989: 187) menjelaskan sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dalam masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu sistem komunikasi masyarakat yang terdiri atas lambang-lambang bunyi. Secara lebih lanjut Harimukti Kridalaksana (1984: 201) menjelaskan bahwa sosiolinguistik adalah cabang linguistk yang saling berpengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Menurut Suwito (1996:8), sosiolinguistik dapat mengurangi kesalahan dalam masalah ketidaktepatan pemakaian bahasa dalam konteks sosial.
Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995: 3) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa diperlukan manusia dalam kegiatan kemasyarakatan, yaitu mulai dari upacara pemberian nama pada bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah. Oleh karena itu, sosiolinguistik tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA
- Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta
- Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press
- Kunjana, R. Rahardi. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
- Mansoer Pateda. 1992. Sosiolingustik. Bandung : Angkasa
- Nababan. 1989. “Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa“ dalam PELLBA 2. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
- Nababan. 1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Ohoiwutan, Paul. 1997. Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blant.
- Spolsky, Bernand. 1998. Sociolinguistics. Oxford: Oxford University Press.
- Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema.
Tugas Akhir Sosiolinguistik
Buat artikel ilmiah dengan menggunakan Kajian Sosiolinguistik, template sebagai berikut:
- ABSTRAK (200-300 kata)
- PENDAHULUAN (1000-1500 kata)
- Latar Belakang
- Penelitian Pendahulu
- Research gate / Orosinilitas karya
- METODE (300-500 kata)
- HASIL DAN PEMBAHASAN (1500-2500 Kata)
- SIMPULAN ( 500 kata)
- DAFTAR PUSTAKA
Sosiolinguistik / Kajian sosiolinguistik digunakan untuk mengetahui masalah apa saja yang berada di masyarakat dan bisa memengaruhi kehidupan sosial di masyarakat pada saat ini.
Berikut masalah yang dibahas atau dikaji dengan kajian sosiolinguistik, yaitu:
- Identitas sosial dari penutur. Identitas ini biasanya dari segi penutur yang bisa anggota keluarga, orang terdekat atau orang terdekat. Diajukan pertanyaan siapa identitas penutur itu dan apa hubungannya dengan lawan bicara sang penutur.
- Identitas sosial dari pendengar. Identitas yang diketahui sebaliknya dengan penutur. Cara mengetahui identitas ini melalui sudut pandang si penutur. Sama seperti identitas si penutur, bisa berupa anggota keluarga maupun orang terdekat.
- Lingkungan sosial. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat tutur yang biasanya tergantung dengan kondisi atau situasi terjadi di sana. Misalkan, berbicara keras di tempat ramai agar bisa terdengar atau berbicara tenang di perpustakaan agar tidak mengganggu orang yang fokus membaca buku. Analisis diakronik dan sinkronik Analisis ini berasal dari dialek-dialek sosial yang berdasarkan dengan kedudukan dalam kelas-kelas sosial tertentu.
- Penilaian sosial yang berbeda. Penilaian sosial ini berdasarkan dari penutur. Dilihat dari bentuk perilaku serta pandangan kelas sosial dari penutur di masyarakat, semua itu berdasarkan pandangan subyektif sang penutur.
- Tingkatan variasi atau ragam linguistik. Tingkatan variasi atau ragam linguistik ini mempunyai hubungan yang bersifat heterogen. Biasanya berdasarkan dari dialek yang bervariasi, adanya fungsi sosial, serta mulainya politik bahasa. Ini juga menjadi asal mula di mana bahasa merupakan alat komunikasi dalam masyarakat.
- Penerapan praktis dan penelitian sosiolinguistik Adanya penelitian terhadap topik yang berkaitan dengan sosiolinguistik memiliki hubungan dengan praktik, seperti masalah pengajaran, pembakuan bahasa, penerjemahan, dan konflik sosial yang berasal dari perbedaan bahasa.
Perintah Tugas 2.
- Tulis data berdasarkan judul yang telah saudara tulis pada Tugas 1, yakni berdasarkan kajian penelitian terdahulu sehingga saudara mendapatkan judul yang orosinil. Tulis dalam bentuk word. Font Times Roman 12, margin 3 cm, dengan spasi 1,5.
- Bautlah dalam bentuk matrik, tabel ataupun lainnya yang memudahkan saudara dalam menganalisis.
- Dikumpulkan pertemuan yang akan datang !
Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sosiolinguistik. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
- Wawancara: Cara ini dapat dilakukan dengan bertanya langsung pada informan atau responden mengenai penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana penggunaan bahasa dipengaruhi oleh faktor sosial seperti usia, gender, atau latar belakang pendidikan, dan lain sebagainya.
- Kuesioner: Survei kuesioner dapat digunakan untuk mengumpulkan data secara massal dari banyak responden dengan cara memberikan pertanyaan yang terstruktur. Dalam hal sosiolinguistik, kuesioner dapat digunakan untuk mengetahui penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, seperti penggunaan bahasa dalam keluarga atau lingkungan kerja.
- Observasi: Dalam sosiolinguistik, observasi dapat dilakukan dengan mengamati penggunaan bahasa dalam situasi nyata, seperti dalam kelompok masyarakat tertentu atau dalam acara formal atau informal.
- Rekaman audio dan video: Cara ini dapat digunakan untuk merekam penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti percakapan informal antara teman atau keluarga, atau penggunaan bahasa dalam situasi formal seperti pidato atau presentasi.
- Data sekunder: Data sekunder seperti dokumen atau publikasi yang terkait dengan bahasa dan masyarakat dapat digunakan untuk analisis sosiolinguistik. Contohnya adalah data dari sensus atau laporan resmi dari pemerintah.
Jika Anda ingin mengumpulkan data sosiolinguistik melalui video percakapan di YouTube, berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda lakukan:
- Tentukan topik atau konteks yang ingin Anda amati. Misalnya, Anda ingin mengumpulkan data tentang penggunaan bahasa slang dalam percakapan remaja di lingkungan perkotaan.
- Gunakan fitur pencarian di YouTube dan cari video percakapan yang relevan dengan topik atau konteks yang ingin Anda amati. Pastikan bahwa video yang Anda pilih memiliki transkripsi teks, sehingga Anda dapat lebih mudah mengamati penggunaan bahasa.
- Lakukan transkripsi teks dari video percakapan. Anda dapat menggunakan software transkripsi seperti Transcribe atau menggunakan layanan penerjemah transkripsi profesional. Pastikan transkripsi yang dihasilkan akurat dan lengkap.
- Analisis transkripsi teks. Anda dapat menganalisis transkripsi teks untuk mengidentifikasi penggunaan bahasa slang dalam percakapan, misalnya kata-kata slang yang digunakan, cara pengucapan yang digunakan, dan bagaimana penggunaan bahasa slang dapat mempengaruhi interaksi sosial dalam percakapan tersebut.
- Catat hasil analisis Anda dan buat kesimpulan dari data yang telah Anda kumpulkan. Dalam kesimpulan, Anda dapat menjelaskan temuan Anda dan mengaitkannya dengan topik atau konteks yang Anda amati.
Pastikan bahwa Anda selalu menghormati privasi dan hak cipta saat menggunakan video di YouTube. Jangan menggunakan video tanpa izin atau mengunggah video yang tidak sah.
Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat tabel atau matriks dari data penelitian:
- Tentukan variabel atau parameter penelitian yang akan dijadikan kolom dan baris pada tabel atau matriks. Variabel ini harus relevan dan signifikan untuk tujuan penelitian Anda.
- Buat tabel atau matriks dengan kolom dan baris yang sesuai dengan variabel yang telah ditentukan. Kolom biasanya diberi label untuk menunjukkan variabel yang diukur, sedangkan baris dapat diberi label untuk menunjukkan unit pengukuran atau kategori yang berbeda.
- Masukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam tabel atau matriks tersebut. Pastikan data terorganisir dengan rapi sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan.
- Gunakan format yang sesuai dengan jenis data yang Anda miliki. Misalnya, data kualitatif dapat dikelompokkan ke dalam kategori, sedangkan data kuantitatif dapat dihitung rata-ratanya.
- Buat ringkasan atau deskripsi singkat dari tabel atau matriks tersebut, termasuk hal-hal yang menonjol dari data, seperti pola atau tren yang muncul. Ringkasan ini dapat membantu pembaca memahami data dengan lebih baik dan mengidentifikasi temuan yang signifikan dalam penelitian Anda.
- Gunakan software atau aplikasi khusus untuk membuat tabel atau matriks jika diperlukan, seperti Microsoft Excel atau SPSS. Ini akan membantu Anda membuat tabel atau matriks dengan lebih mudah dan profesional.
- Terakhir, pastikan bahwa tabel atau matriks yang Anda buat terlihat rapi dan mudah dibaca. Gunakan font dan format yang konsisten, dan hindari penggunaan warna atau desain yang terlalu mencolok atau mengganggu

MID TEST
Tulislah jawaban saudara di kertas folio bergaris ditulis dengan tangan.
Pengumpulan hasil secara kolektif disertai dengan absensi bukti pengumpulan. Dikumpulkan pada pertemuan ke 8.
Berikut soal Mid Test Sosiolinguistik.
- Jelaskan pengertian dari istilah Sosiolinguistik dari beberapa ahli berdasarkan review jurnal! (15)
- Apa yang menjadi perbedaan antara peristiwa bahasa dalam masyarakat bahasa yang dikaji dengan kajian sosiolinguistik dengan peristiwa tutur dalam kajian pragmatik. Jelaskan disertai dengan contoh !(20))
- Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi penggunaan bahasa dalam masyarakat bahasa ! (15)
- Jelaskan syarat peristiwa tuturan dapat dikaji dengan Kajian Sosiolinguistik ! (15)
- Jelaskan hubungan masyarakat dengan bahasa ! (15)
- Jelaskan perbedaan dengan disertai contoh peristiwa tutur dalam masyarakat bahasa yang terdapat peristiwa alih kode dan campur kode dengan data yang saudara dapatkan di jurnal yang saudara review.(20)
Alih kode merupakan peralihan klausa dari suatu bahasa ke klausa bahasa lain, sedangkan campur kode merupakan penyisipan unsur bahasa lain di saat menggunakan suatu bahasa secara dominan.
Alih kode memiliki dua klasifikasi utama:
- Klasifikasi Gramatikal:
- Alih Kode Tag (Tag Code-Switching): Terjadi ketika penutur menambahkan ekspresi singkat dalam bahasa lain pada akhir ujaran atau kalimat. Misalnya, "Hadiahnya bagus banget. Thanks!"
- Alih Kode Antarkalimat: Terjadi ketika satu kalimat penuh dalam bahasa lain diapit oleh kalimat-kalimat berbahasa utama. Contohnya, "Ini motor lama. But the engine still feels like new. Harganya pun tidak terlalu mahal."
- Alih Kode Intrakalimat: Terjadi ketika kata, frasa, atau klausa dalam bahasa lain muncul dalam kalimat berbahasa utama. Contoh: "James Maddison, gelandang serang kesebelasan Leicester City, memiliki kemampuan dribbling yang baik dan passing yang akurat."
- Klasifikasi Kontekstual: Klasifikasi ini berkaitan dengan alasan-alasan yang mendorong terjadinya pengalihan kode.
- Alasan Situasional: Terjadi karena situasi yang berubah, seperti latar, topik, partisipan, dan tujuan interaksi.
- Alasan Metaforis: Terjadi karena penutur memiliki kemampuan bilingual dan menerapkan alih kode sebagai metafora untuk memperkaya ujaran atau kalimatnya dalam berkomunikasi.
- Alih Kode EksternAlih kode ekstern merupakan alih kode yang terjadi antara bahasa sendiri salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoire masyarakat tuturya
dengan bahasa asing (Soewito dalam Chaer dan Agustina, 2010: 114).
- (1) Guru : Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi.
- (2) Siswa 1 : Walaikumsalamwaroh matullahi wabarokatuh. Pagi bu.
Terdapat satu peristiwa alih kode ekstern pada percakapan no 1-2 ketika siswa 1 merespon tuturan guru. Alih kode ekstern terjadi ketika guru masuk kelas menyapa siswa menggunakan bahasa Arab dan siswa 1 merespons tuturan guru menggunakan bahasa Arab juga. Hal yang melatarbelakangi terjadinya alih kode ekstern pada percakapan ini karena latar belakang guru dan siswa yang sama-sama memeluk agama islam.
Alih Kode Intern
- Siswa 3 : Penanda kata berdasarkan makna dalam kalimat
- Siswa 1 : Aku nonton nggon KBBI og, ra mbukak buku „Saya melihat di KBBI, tidak membuka buku‟
- Siswa 2 : Sintaksis opo semantis? „Sintaksis apa semantis?‟ (CLHO1).
Terdapat satu peristiwa alih kode intern yang terlihat pada percakapan 28-39 ketika siswa 1 merespon tuturan siswa 3. Data di atas menunjukkan percakapan
yang terjadi antar siswa. Hal itu ditunjukkan pada tuturan guru dan siswa 3, siswa 1, dan siswa 2. Dari tuturan tersebut bisa dilihat penggunaan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.
Peristiwa ini termasuk dalam alih kode intern karena terjadi antara ragam dalam bahasa sendiri, yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal ini dibuktikan pada tuturan yang dilakukan siswa 1 pada waktu merespon tuturan siswa 3. Tuturan ini memperlihatkan bahwa siswa 1 dan siswa 2 melakukan peralihan bahasa, yang semula siswa 3 menggunakan bahasa Indonesia menjadi bahasa Jawa. Tuturan tersebut terjadi bukan semata-mata karena penutur atau mitra tutur tidak menguasai bahasa Indonesia, melainkan terjadi akibat topik pembicaraan yang berubah.
CAMPUR KODE
Fenomena itu berbentuk penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam suatu kalimat atau wacana bahasa lain, yang dinamai gejala campur kode (code mixing). Berdasarkan hal tersebut campur kode dapat didefinisikan sebagai “penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam suatu wacana menurut pola-pola yang masih belum jelas” (Nababan dalam Ohoiwutun 1995:69).
Fenomena itu berbentuk penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam suatu kalimat atau wacana bahasa lain, yang dinamai gejala campur kode (code mixing). Berdasarkan hal tersebut campur kode dapat didefinisikan sebagai “penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam suatu wacana menurut pola-pola yang masih belum jelas” (Nababan dalam Ohoiwutun 1995:69).
Menurut Muysken (2000) dalam Harya (2018), campur kode berbeda dengan alih kode karena tidak memiliki intensi khusus. Campur kode terjadi ketika dua penutur menggunakan dua bahasa yang berbeda dalam satu ujaran, bahkan tanpa perubahan situasi. Campur kode juga melibatkan peleburan leksikon dan gramatika dari kedua bahasa dalam satu ujaran.
Muysken mengidentifikasi tiga jenis campur kode:
- Penyisipan: Terjadi ketika leksikal atau frasa asing disisipkan ke dalam struktur bahasa lain. Contoh: "Jadi orang tuh jangan suka nge-judge."
- Alternasi: Biasanya terjadi pada tingkat klausa, di mana penutur bergantian antara dua bahasa. Contoh: "Gara-gara pandemi, saya jadi lebih sering bersyukur, kayak, I count my blessings."
- Leksikalisasi Kongruen: Memungkinkan penggunaan dua tata gramatika bahasa yang berbeda secara bersamaan, dengan penekanan pada kesamaan struktur. Contoh: 1) Meeting hari ini akan membahas tentang urgent agenda yang akan dilakukan within this week. 2) Ketika semuanya terasa begitu abot. 3) Ku coba untuk tetap rapopo.
Alih kode dan campur kode memang memiliki jenis-jenis dengan ketentuan yang beragam. Alih kode dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti perubahan topik atau kehadiran orang ketiga dalam percakapan, sementara campur kode terjadi tanpa maksud atau kesadaran yang khusus dari penutur.
Alih kode dan campur kode merupakan fokus utama dalam bidang kajian sosiolinguistik. Alih kode adalah fenomena di mana penutur beralih dari satu bahasa ke bahasa lain dalam percakapan dengan lawan bicaranya. Misalnya, ketika penutur pertama dan penutur kedua menggunakan bahasa pertama, lalu penutur ketiga datang dan menggunakan bahasa kedua, hal ini dapat dianggap sebagai contoh dari alih kode, seperti yang dijelaskan oleh Fajriansyah, et al (2018).
Dell Hymes (dalam Kunjana Rahardi, 2001: 20) berpendapat bahwa alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa atau bahkan beberapa gaya dari suatu ragam.
Campur kode menurut Suwito (2007:32) dianggap sebagai penggunaan beberapa bahasa dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu dengan bahasa lain secara konsisten. Campur kode dibagi menjadi dua (Azhar, dkk, 2011: 17) di antaranya: (1) Campur kode ke dalam (Inner CodeMixing), yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.
Pemakaian Campur Kode Berwujud Frasa
- (1) Guru : …Silakan pelajari semua, dibava dipahami. Saya yakin ndak ada soal yang sulit dan hasil yang kalian dapatkan inshaAllah tidak seperti kemarin.
- (2) Siswa 1 : “Amin.”
- (3) Siswa 2 : “Amin ya Allah
Terdapat tiga peristiwa campur kode pada percakapan 1-3. Peristiwa campur kode ekstern terjadi ketika guru menyisipkan kata dngan unsur-unsur bahasa Arab dan siswa 1, 2 merespons pernyataan guru menggunakan bahasa Arab juga. Berdasarkan data di atas dapat dilihat terdapat penyisipan kata di luar bahasa sendiri, yaitu bahasa Arab. Penutur yaitu siswa 1 dan siswa 2 menggunakan penyisipan “amin”, “amin yaAllah” yang memiliki maksud akan suatu harapan, biasanya kata „amin‟ diucapkan di belakang kata-kata khidmat. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang termasuk campur kode ke luar karena terjadi di luar bahasa sendiri yaitu bahasa Arab, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.Campur kode ekstern berwujud frasa terletak pada percakapan.
Pemakaian Campur Kode Berwujud Kata
- (4) Siswa 12 : Ajar.
- (5) Guru : Itu masuk keturunan no sing „yang‟ verb turunan.
- (6) Siswa 15 : What?‟Apa?‟
- (7) Siswa 16 : Bu? (CLHO 3).
Peristiwa campur kode ekstern terjadi ketika siswa 15 merespon tuturan guru menggunakan bahasa Inggris. Berdasarkan data di atas dapat dilihat terdapat penyisipan kata di luar bahasa sendiri yaitu bahasa nggris, yaitu kata “What?” yang di sini berarti „Apa?‟ kata tanya. Terlihat pada percakapan nomor
996-997 awalnya guru menggunakan ragam bahasa Indonesia dan ragam bahasa Jawa, namun kemudian siswa 15 tersentak kemudian melontarkan kata tanya
menggunakan bahasa Inggris.
Peristiwa dalam percakapan tersebut merupakan salah satu peristiwa campur kode keluar karena terjadi di luar bahasa sendiri yaitu bahasa Inggris.Campur kode ini merupakan campur kode intern yang terjadi antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.Campur kode ini merupakan campur kode berwujud kata.
Pemakaian Campur Kode Berwujud Kata Ulang
- (8) Siswa 16 : Maaf ya bu tanyan lagi.
- (9) Guru : Boleh.
- (10) Siswa 13 : Dia sedang break „istirahat‟akibat cedera kaki. Breaknya „istirahatnya‟ bisa nggak?‟tidak?‟.
- (11) Siswa 15 : Break to, mending golek artikel ngono ya sing gampang wae „istirahat ya, lebih baik mencari artikel yang lebih mudah saja‟. Idih, pindah-pindah. Move move!„pindahpindah!‟ (CLHO).
Terdapat empat peristiwa campur kode pada percakapan 1000-1003 ketika siswa merespon tuturan guru. Peristiwa campur kode ekstern terjadi ketika siswa 13 dan siswa 15 menyisipikan kata berbahasa Inggris. Berdasarkan data di atas dapat dilihat terdapat penyisipan kata di luar bahasa sendiri, yaitu bahasa Inggris, diantaranya adalah kata break dan move move. Kata break di sini memiliki arti beristirahat, sedangkan kata move move memiliki arti pindah pindah.
Terlihat penutur, yaitu siswa 1, awalnya menggunakan ragam bahasa Indonesia, kemudian tiba-tiba menggunakan ragam bahasa Inggris kemudian kembali lagi
menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa dalam percakapan tersebut merupakan salah satu contoh peristiwa campur kode ke luar karena terjadi di luar bahasa
sendiri, yaitu bahasa Inggris. Campur kode ini merupakan campur kode berwujud kata ulang.
Daftar Pustaka
- Azhar, I., dkk. (2011). Sosiolinguistik Teori dan Praktik.Surabaya: Limalima Jaya
- Fajriansyah, N. B., Dede Sopianda, & Cucu Kartini. (2018). Alih Kode dan Campur Kode pada Film Romeo & Juliet Karya Andibachtiar Yusuf. Parole : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(4), 563-570. doi: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i4p563-570.952.
- Maszein H., Suwandi S., Sumarwati. (2018). ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA. Jurnal Basastra: Jurnal Bahasa, sastra, dan Pengajarannya, Vol 7, Nomor 2, https://doi.org/10.20961/basastra.v7i2.37780
- Rahardi, K. (2001). Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Suwito.(1996). Sosiolinguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta
Simpulan Hubungan Masyarakat dengan Bahasa Hubungan masyarakat dengan bahasa sangat erat karena bahasa adalah salah satu alat komunikasi utama dalam interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari. Bahasa memungkinkan orang untuk menyampaikan ide, gagasan, dan emosi mereka kepada orang lain, serta membentuk dan memperkuat hubungan sosial.
Dalam konteks hubungan masyarakat, bahasa digunakan untuk membangun citra dan branding perusahaan atau organisasi. Bahasa juga digunakan dalam publikasi, iklan, dan konten media sosial untuk menciptakan kesan positif dan menarik bagi konsumen atau masyarakat umum.
Selain itu, bahasa juga memainkan peran penting dalam komunikasi interpersonal antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Bahasa yang digunakan dalam kelompok atau komunitas tertentu dapat membedakan dan mengidentifikasi anggotanya, serta dapat memperkuat rasa solidaritas dan identitas kelompok.
Namun, bahasa juga dapat menjadi sumber konflik dan perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan bahasa atau dialek yang digunakan oleh kelompok yang berbeda dapat menciptakan ketegangan dan kesalahpahaman antara mereka. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang bahasa dan budaya masyarakat yang berbeda dapat membantu memperkuat hubungan antara kelompok yang berbeda dan mendorong toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.
Dalam hal ini, hubungan masyarakat harus dapat mengambil peran sebagai mediator untuk memfasilitasi dialog dan mempromosikan pemahaman dan toleransi antara masyarakat yang berbeda. Dalam mengelola hubungan masyarakat, penting untuk memperhatikan bahasa dan penggunaannya dengan hati-hati, karena bahasa dapat memengaruhi persepsi dan interaksi sosial antara individu dan kelompok.
"Verbal repertoire" adalah istilah yang digunakan dalam sosiolinguistik untuk mengacu pada semua bentuk bahasa dan dialek yang dikuasai oleh seseorang atau kelompok. Verbal repertoire mencakup semua bahasa, dialek, aksen, slang, atau variasi bahasa lainnya yang dapat digunakan oleh seseorang atau kelompok dalam berbagai situasi dan konteks.
Verbal repertoire dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar belakang sosial dan budaya, pendidikan, tempat tinggal, pengalaman hidup, dan kontak dengan berbagai komunitas bahasa dan budaya. Seseorang atau kelompok yang memiliki verbal repertoire yang luas dapat berkomunikasi dengan lebih efektif dan efisien dengan orang-orang dari berbagai latar belakang sosial dan budaya.
Verbal repertoire juga dapat berubah dan berkembang seiring waktu dan pengalaman hidup. Misalnya, seseorang yang pindah ke kota baru atau bekerja di lingkungan yang berbeda dapat mengembangkan verbal repertoire yang baru dan mengadaptasinya untuk situasi dan konteks yang berbeda.
Penting untuk diingat bahwa verbal repertoire seseorang tidak harus selalu dianggap sebagai indikator yang akurat untuk menilai bahasa atau kemampuan komunikasi mereka.
Orang dapat memiliki verbal repertoire yang luas dan terampil dalam berbagai bahasa dan dialek, tetapi juga dapat memiliki kekurangan dalam hal kemampuan komunikasi dan komunikasi efektif dalam situasi tertentu.
Kedwibahasaan adalah kondisi atau keadaan di mana masyarakat atau individu dapat menggunakan dua atau lebih bahasa dengan lancar dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi kedwibahasaan terjadi ketika individu atau kelompok masyarakat dapat menggunakan lebih dari satu bahasa secara aktif dalam interaksi sosial dan komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam konteks Indonesia, kedwibahasaan dapat merujuk pada kemampuan dan kebiasaan individu atau kelompok masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah atau bahasa asing dalam interaksi sosial dan komunikasi sehari-hari. Kondisi kedwibahasaan ini berkaitan dengan banyak faktor, seperti latar belakang etnis, lingkungan tempat tinggal, pendidikan, dan kontak dengan bahasa dan budaya lain.
Kedwibahasaan memiliki banyak manfaat, seperti memperluas wawasan dan pengetahuan tentang budaya dan kebiasaan masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Kedwibahasaan juga dapat memperkaya kemampuan komunikasi individu dan kelompok masyarakat, sehingga memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan orang dari latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda.
Namun, kondisi kedwibahasaan juga dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti konflik bahasa, ketidakpastian identitas, dan kesulitan dalam memilih bahasa yang tepat dalam situasi yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi individu dan masyarakat untuk memiliki kesadaran dan keterampilan dalam mengelola dan memanfaatkan kondisi kedwibahasaan dengan baik, sehingga dapat memperoleh manfaat yang optimal dari penggunaan bahasa yang berbeda.
TUGAS 3
BUATLAH VIDEO
Tuturan dalam masayarakat Bilingual atau Multilingual sering terlihat gejala campur kode dan alih kode. Buatlan Video durasi minimal 3 menit yang menggambarkan peristiwa bahasa tersebut.
Assalamualaikum wr.wb
Haiiii
Perkenalkan saya Suci Fitrianingsih, saya mahasiswa STKIP PGRI Pacitan dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 4. Disini saya ingin memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik meteri kedwibahasaan, penggunaan dua bahasa atau lebih dalam waktu bersamaan dilakukan baik oleh satu orang maupun lebih.
Kali ini saya akan menyampaikan topik tentang wisata di Kota Pacitan dalam masa pandemi covid 19. Kota Pacitan. dikenal dengan kota 1001 goa, di Kota Pacitan bukan hanya goa saja yang menjadi tempat wisatanya, akan tetapi yang lebih banyak dominannya adalah wisata pantainya. Masyarakat ora iso lepas soko wisata mergo wisata kenek ngo ngrefresh pikiran sing kesel, awak lungkrah saka sibuke yang setiap harinya bekerja maupun sekolah. Biasane masyarakat ataupun wisatawan berkunjung ke tempat wisata di hari weekend yaiku sebtu mbi minggu utowo libur kerja, libur sekolah, tanggal abang dan sebagainya yang datang bermai-ramai baik dengan keluarga maupun teman.
Di masa pandemi covid 19 ini tempat wisata dikota Pacitan sepi dan pengunjungnya mengalami penurunan sing biasane sedurunge masa pandemi covid 19 para pengunjung baik dari dalam kota maupun luar kota akeh sing mengunjungi tempat wisata sing eneng Pacitan.
Di awal masa pandemi covid 19 tempat wisata di Kota Pacitan dilock down utowo ditutup. Pemerintah kabupaten dan dinas pariwisata kota Pacitan menutup tempat pariwisata dan menghimbau masyarakat ataupun wisatawan untuk sementara waktu tidak mengunjungi tempat wisata agar penyebaran virus covid 19 tidak menyebar luas.
Tempat wisata bakal dibuka sampai dengan beberapa waktu kedepan dengan mengamati penyebaran virus covid 19 iki sampai menurun, Pemerintah kabupaten dan Dinas Pariwisata tegas nerapkne aturan iki mergo virus iki penyebarane cepet.
Tempat wisata di Kota Pacitan dibuka kembali oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan dan dinas Pariwisata Kota Pacitan dengan syarat harus mematuhi protokol kesehatan yaiku 3 M Mencuci tangan, memakai masker, dan mejaga jarak. Pangggon wisata sing di lock down utowo ditutup ning Pacitan yaiku goa tabuhan, goa gong, pantai klayar, pantai ngiroboyo, pantai banyu tibo, pantai buyutan, pantai kasap, pantai srau, pantai watukarung, pantai pancer, pantai teleng ria, pantai watubale, pantai pidakan, pantai taman, sungai maron, banyu anget, beiji park, senthono gentong, pantai soge
Nek Pacitan diberlakokne panggon wisata sing di buka dingo uji coba lan simulasi. Tahap simulasi kui dingo khusus wisatawan lokal utowo khusus masyarakat kota Pacitan, koyoto panggon sing dingo simulasi antara laine goa gong, goa tabuhan, banyu anget sedangkan tempat pariwisata yang digunakan untuk uji coba oleh dikunjungi masyarakat luar kota koyoto pantai sing wis tak sebutne mau.
Mungkin hanya itu saja yang dapat saya sampaikan tentang wisata dikota Pacitan di masa pandemi covid 19.
Matur nuwun
Wassalamualaikum wr.wb.
Contoh Video Kedwibahasaan
https://www.youtube.com/watch?v=YbvXCVofdi4&t=4s
https://www.youtube.com/watch?v=VTr8fnR1t8E