PACITAN || Bu Sukepti, seorang wanita pekerja keras yang dikenal sebagai pedagang sayur keliling, atau bakul ider. Profesi ini mengharuskannya berpindah-pindah tempat untuk menjajakan dagangannya, baik di pasar maupun dari rumah ke rumah. Bu Sukepti memiliki banyak pelanggan tetap yang selalu setia membeli dagangannya.
Banyak manfaat yang dapat diambil dari pedagang sayur keliling seperti Bu Sukepti. Para wanita karir yang sibuk dapat menghemat waktu dan tenaga, sementara pedagang seperti Bu Sukepti mendapatkan lapangan pekerjaan di sekitar pasar Arjowinagung, Kabupaten Pacitan. Modal usahanya berasal dari tabungan sendiri, dan dengan mengatur waktu dan lokasi yang fleksibel, Bu Sukepti dapat menjangkau pelanggan yang rumahnya jauh dari pasar.
Setiap pagi, sekitar pukul 04.00, Bu Sukepti dan suaminya, Pak Ahmad, berangkat ke pasar Arjowinagun untuk berbelanja sayuran dan barang dagangan lainnya. Dia menjajakan berbagai sayuran segar, ikan laut, ayam, jajanan pasar, minuman, dan snack dengan menggunakan sepeda motor yang dilengkapi dengan keranjang bambu dan rajutan kawat di belakangnya. Dengan semangat, Bu Sukepti berkeliling Desa Tanjungsari menjual dagangannya dari rumah ke rumah.
Selain menjual hasil kulakan dari pasar, Bu Sukepti juga membuat jajanan sendiri di rumah seperti kripik pangsit dan jus jambu, yang kemudian dijualnya. Ia dikenal sebagai sosok yang ramah dan disegani oleh warga, baik ibu-ibu maupun anak-anak. Ketika berkeliling dan berhenti di depan sekolah dasar Tanjungsari, anak-anak berbondong-bondong membeli jajanan dan minuman jus darinya.
Prinsip dagang Bu Sukepti adalah menjual sayuran dengan harga yang tidak membebani pelanggan, dengan mengambil keuntungan sekitar Rp 500 per jenis sayur. Meski keuntungan sedikit, ia tetap menjaga kualitas dagangannya agar pelanggan puas. Menurutnya, ketika pelanggan bahagia, rezekinya akan dipermudah oleh Tuhan.
Bu Sukepti juga bercerita tentang suka dukanya berdagang sayur keliling. Ia merasa senang ketika dagangannya habis terjual dan tidak ada pembeli yang berutang. Namun, ia merasa sedih saat hujan turun di pagi hari dan jualannya tidak laku, atau ketika banyak pelanggan yang berutang sehingga modal belanja berkurang.
Setiap pagi di pasar Arjowinagun, Bu Sukepti menghabiskan modal sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta. Meski laba yang didapat sedikit, ia selalu bersyukur karena kebutuhan sehari-hari keluarganya dapat terpenuhi. Selain berdagang sayur, Bu Sukepti juga melayani pesanan sayuran atau kebutuhan lainnya dari pelanggannya, yang kemudian dibelanjakan dan diantarkan langsung ke rumah mereka.
Kehidupan yang penuh hiruk-pikuk tidak mengurangi semangat Bu Sukepti untuk terus bekerja keras demi kelangsungan hidup keluarganya. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Bu Sukepti mengerjakan segala hal yang menghasilkan uang halal dengan tekun dan sungguh-sungguh, tanpa mengeluh atau berkecil hati.
Pewarta: MELLINA FEBY SETIYAWAN- PBSI-STKIP PGRI Pacitan