Pacitan Kota Misteri: Situs Gunung Tukung

 

Situs Gunung Tukung, Pacitan

PACITANKOTAMISTERI || Bismillah; Salam Literasi Sejarah, Pacitan Kota Misteri: Situs Gunung Tukung. Berlokasi di  Dusun Craken, Desa Sumberharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan.

Pada abad ke-14 hingga ke-15 M, ketika wilayah Pacitan masih berupa lautan bebas, terdapat pesisir pantai yang digunakan untuk menambatkan perahu nelayan. Salah satu lokasi penting di daerah ini adalah Situs Gunung Tukung. 

Pada zaman tersebut, seorang ulama besar bernama Kyi Ageng Giring bermunajat di wilayah ini untuk mencari "Wahyu Keraton Bumi Jawa" sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga. Beliau bertapa di sekitar lokasi ini, di bawah pohon kelapa yang diyakini akan memberikan "Wahyu Keraton".

Setelah melakukan pertapaan dan memohon ridho serta kridho kepada Gusti Allah, Kyi Ageng Giring mendapat petunjuk tentang sebuah pohon kelapa yang hanya berbuah satu. Buah kelapa tersebut diambil dan dibawa pulang oleh beliau. 

Sesampainya di rumah, buah kelapa itu disimpan di dapur agar tidak dikenali, sementara Kyi Ageng Giring mensucikan diri di "Belik Kuning" yang lokasinya berdekatan, sebelum meminum air kelapa tersebut.

Tanpa diduga, saudara beliau, Ki Ageng Pemanahan, datang ke rumah dan meminum sebagian air kelapa itu. Kyi Ageng Giring terkejut, namun akhirnya ikhlas dan menjelaskan bahwa siapa yang meminum air kelapa tersebut kelak akan menurunkan raja-raja di Jawa. 

Setelah itu, Kyi Ageng Giring meminum sisa air kelapa tersebut. Hal ini terbukti kemudian, ketika putra Ki Ageng Pemanahan, Raden Sutawijoyo, menjadi Raja Mataram dan menikah dengan putri Kyi Ageng Giring.

Kyi Ageng Giring hingga akhir hayatnya bertapa di lokasi ini. Bentuk Gunung Tukung menyerupai sosok manusia yang sedang bertapa atau semedi. Pada waktu-waktu tertentu, banyak abdi Keraton Yogyakarta yang berziarah ke lokasi ini. Tempat ini sangat sakral dan disakralkan oleh Keraton Yogyakarta bagi yang memahaminya.

Mugio Gusti Allah memberikan berkah kepada kami, keluarga, rakyat, serta penerus Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan seluruh isi bumi dan langit. (Amat Taufan)

 

Lebih baru Lebih lama