PACITAN TERKINI || Pada abad ke-17 hingga ke-18 Masehi, di bawah kepemimpinan Adipati Setro Ketipo dari Kerajaan Yogyakarta, anak-anak di Pacitan memiliki permainan populer bernama "Gangsingan." Alat permainan ini dibuat dari kayu berbentuk bulat lonjong dengan bagian atas yang diukir membentuk bulatan kecil tempat menggulung tali.
Untuk memainkan gangsingan, tali dililitkan di bagian atas alat, kemudian dilempar agar berputar. Permainan ini memiliki sisi kompetitif, karena anak-anak akan melemparkan gangsingan mereka ke gangsingan lawan dengan tujuan memecahkannya gangsingan yang pecah dinyatakan kalah.
Permainan gangsingan berkembang di abad ke-18, dengan versi yang menghasilkan bunyi. Gangsingan ini dibuat dari bambu yang menghasilkan suara khas saat berputar, sehingga menarik dan menyenangkan anak-anak.
Selain sekadar permainan, gangsingan dan citus memiliki makna filosofis: kehidupan manusia seperti putaran yang terus berulang tanpa akhir. Biasanya, permainan ini dimainkan saat bulan purnama di area terbuka, menjadi bagian dari bukti perkembangan teknologi permainan anak-anak di masa lalu. Kini, permainan seperti ini hampir terlupakan di era digital.
Semoga Tuhan memberi keberkahan kepada kita semua, keluarga, rakyat, dan keturunan Nabi Muhammad sebagai penerus ajarannya di seluruh alam semesta.
Penulis: Amat Taufan
Editor: M Rafid M