Dalam Hangatnya Senja, Tumbuh Cinta Kita


PACITAN TERKINI || Senja, dengan nama itulah ia biasa dipanggil. Sinar matahari yang berada di batas garis terbarat cakrawala seakan tak ingin pergi tanpa kesan yang mendalam. Warna biru yang biasanya mendominasi langit di siang hari pun berubah dengan cantiknya. Semburat warna jingga yang berada di ufuk barat begitu sempurna.

Kala itu, aku berada di pantai. Naik ke salah satu pegunungan yang ada di pantai itu, kemudian duduk di atas batuan menikmati indahnya senja. Senja memang sangat indah, sama seperti indahnya salah satu manusia ciptaan Sang Maha. Sejenak melupakan semua masalah yang tengah ku jalani. Suara angin dan gemuruh ombak seakan menyajikan sebuah gending kedamaian. Akupun larut dalam kedamaian itu.

Seketika teringat percakapan aku dan dia kala itu.

Dia : "Aku ingin bicara serius sama kamu"

Nampak raut wajahnya yang tak biasa aku sangat bingung.

Dia : "Aku sudah lama memendam semua ini. Sebenernya aku memperhatikan kamu dari lama. Dan sekarang aku memberanikan diriku untuk mengatakan semuanya. Aku suka kamu sal".

Tak menyangka dia berbicara seperti itu, aku bingung, jantungku berdegup kencang, tanganku dingin, dan seketika aku terbengong.

Dia : "Sal, hallo kamu kenapa? apa kamu tidak suka aku bicara seperti itu? maaf sekali ya sal" sembari memegang tanganku.

Aku : Dengan tersenyum aku menjawab "Sungguh tidak menyangka kamu seperti itu, sebetulnya aku juga suka sama kamu, aku nyaman sama kamu ketika kamu mendekatiku. Awalnya aku tidak terlalu berharap kepadamu, tapi tak tahu kenapa perasaan ini datang secara tiba-tiba".

Dia : "Jadi, kita mempunyai perasaan yang sama sal? Maukah kamu jika kita menjalani hubungan sal? saling menyayangi satu sama lain".

Aku : "Ya, aku mau, tak bisa jika aku membohongiku perasaanku"

Senja, seakan-akan menyampaikan sebuah pesan kepada seisi semesta. Ketika mata cahaya ini mulai menyurup, bunga-bunga dan dedaunan pun ikut menguncup, naluri seolah memaksa semua makhluk untuk tunduk kepada Sang Maha Pencipta. 

Senja, satu satu simbol perpisahan terindah. Karena senja selalu menerima setiap porsi dari Tuhannya. Seimbang. Ya seimbang tidak kurang dan tidak lebih. Seperti tindakku dan lakuku yang harus apa adanya. Surutnya penuh makna, aku sungguh terkesima. Sayupnya penuh tawa, redupnya memelukku dalam hangat jiwa. Sehangat cinta antara semua makhluk dengan Sang Maha.

Penulis: ALSABILLA PUTRI HARSONO


Lebih baru Lebih lama