BUDAYA - PACITAN TERKINI || Bismillah. Salam Literasi Sejarah. Pacitan, Kota Misteri, menyimpan jejak kuliner tradisional yang kaya, salah satunya adalah Sayur Jempirang. Hidangan ini diperkirakan mulai dikenal di Pacitan pada abad ke-15 Masehi, pada masa Ki Ageng Bandung (R. Kian Santang), putra Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran (Jawa Barat), membuka hutan rawa di wilayah Nglorok (Ngadirojo, Pacitan, Jawa Timur). Dalam perjalanan panjang dari Pajajaran menuju pesisir selatan Jawa Timur, Ki Ageng Bandung bersama panglima perangnya, R. Sanjoro Angin, serta rombongan abdi dalem dan pengikutnya, atas izin Betoro Katong, mulai membuka hutan dan mengolah rawa menjadi lahan pertanian.
Di lokasi tersebut, mereka menemukan tanaman serupa yang dikenal di negeri asalnya, yaitu kecombrang, yang tumbuh subur di sekitar Kali Nglorok dan hutan Wonodadi. Karena bentuk bunganya yang menarik berwarna merah muda dan menyerupai anak panah, tanaman ini diberi nama "Jempirang." Bunga Jempirang kemudian diolah menjadi sayur dengan cara ditumis bersama cabai atau dimasak dengan tambahan santan, menghasilkan rasa yang lezat dan menjadi makanan favorit Ki Ageng Bandung beserta rombongannya.
Hingga kini, Sayur Jempirang tetap menjadi hidangan khas masyarakat Nglorok dan sekitarnya, meskipun tanaman ini semakin langka dan jarang ditemukan. Sayur ini memiliki filosofi mendalam: hidup di dunia seharusnya seperti lambang Jempirang (mata panah), yang meluncur maju tanpa pernah mundur.
Kuliner ini menjadi saksi fakta sejarah dan budaya Pajajaran yang pernah hadir di Pacitan, mencerminkan tingginya teknologi pengolahan makanan di masanya dengan memanfaatkan potensi alam yang ada. Meskipun sejarah hampir melupakan jejaknya, Sayur Jempirang tetap lestari hingga kini sebagai bagian dari tradisi kuliner lokal. Semoga Gusti Allah senantiasa memberikan berkah kepada kita semua, keluarga, rakyat, dan penerus Nabi Muhammad SAW, serta seluruh isi bumi dan langit.
Penulis: Amat Taufan