Srundeng Sawut Soto Lorok: Jejak Sejarah Kuliner Pacitan dari Abad 17

 

PACITAN TERKINI - Bismillah. Salam Literasi Sejarah. Pacitan Kota Misteri. Salah satu kekayaan kuliner tradisional dari Pacitan, Jawa Timur, yang layak mendapat perhatian adalah Srundeng Sawut Soto Lorok. Makanan ini berasal dari daerah Lorok, Kecamatan Ngadirojo, dan dipercaya telah ada sejak abad ke-16 hingga ke-17 Masehi.

Konon, menu ini dikembangkan pada masa kepemimpinan Ki Ageng Wonopolo, anak menantu dari tokoh legendaris Ki Ageng Bandung / Raden Kian Santang. Ki Ageng Wonopolo memimpin tlatah Lorok yang meliputi wilayah Pacitan hingga Panggul, Trenggalek, dan dikenal dengan upayanya mengubah rawa-rawa menjadi sawah dan peladangan yang produktif bagi masyarakat.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan makanan rakyat, sang istri menciptakan hidangan unik bernama Srundeng Sawut Soto. Srundeng Sawut dibuat dari kelapa yang diiris tipis dan disangrai menggunakan tungku tanah liat. Bahan ini menjadi pengganti bawang merah, yang saat itu sangat langka dan mahal. Soto ini disajikan dengan ayam kampung, tauge, kacang goreng, dan kuah kaya rempah dengan aroma sereh yang menyegarkan.

Menu ini tidak hanya menjadi santapan lezat, namun juga menjadi simbol kebersamaan masyarakat desa. Srundeng Sawut Soto biasanya hadir dalam momen hajatan, tahlilan, hingga kegiatan gotong royong seperti membakar batu bata secara kolektif.

Secara filosofis, hidangan ini mengandung makna dalam menyambut tamu: "Tamu adalah raja yang harus dihormati dan disuguhkan dengan cara terbaik". Kata srundeng menggambarkan proses pematangan dan sawut melambangkan ketanggapan serta penghormatan terhadap kehadiran tamu.

Semoga warisan kuliner dan nilai luhur ini membawa keberkahan bagi kita semua, keluarga, dan seluruh penerus Rasulullah Muhammad SAW, serta bumi dan langit beserta isinya.

Penulis: Amat Taufan 

Lebih baru Lebih lama