Situs Pohon Cacingan: Jejak Misteri Hutan Wengker

 

Pacitan, Kota Misteri—begitulah banyak orang menyebutnya. Wilayah yang berada di pesisir selatan Jawa ini menyimpan jejak sejarah, mitos, dan spiritualitas yang menyatu erat dengan kehidupan masyarakatnya. Salah satu kisah yang hingga kini masih melekat dalam memori kolektif warga adalah legenda Situs Pohon Cacingan

Lokasinya dipercaya berada di kawasan hutan belantara Wengker, membentang dari wilayah Punung, Pacitan (Jawa Timur) hingga Khayangan, Wonogiri (Jawa Tengah). Pada abad ke-13 hingga 14 M, hutan Wengker dikenal angker, terisolasi dari dunia luar, sekaligus menjadi rumah bagi masyarakat adat yang disebut Pacitanian, penganut keyakinan asli yang tetap menjunjung Sang Pencipta semesta. Selain itu, pengaruh Hindu-Buddha dari Kerajaan Wirati/Wiranti masih kental di wilayah tersebut.

Dalam riwayat tutur, muncul sosok ulama besar dari negeri Syam atau Palestina ada pula yang menyebut dari Persia bernama Pangeran Sooka. Ia digambarkan sebagai bangsawan tampan, kaya raya, namun memiliki keunikan: rambutnya tak bisa dipotong dengan alat apapun. Dihantui oleh keadaan itu, ia berlayar mencari seseorang di “timur dunia” yang mampu mengatasi nasibnya. Tanpa disangka, perjalanannya membawanya ke pesisir selatan Jawa, tepatnya di Pantai Iroboyo, Donorojo, Pacitan. 

Namun, karena perbedaan budaya, Pangeran Sooka kerap menantang penduduk lokal untuk adu kesaktian. Harapannya, ia akan menemukan orang sakti yang mampu memotong rambutnya. Adu kesaktian berlangsung lama, tetapi tak seorang pun bisa menandingi kesaktiannya. Perlahan, sifat sombong pun merasuk, membuatnya lupa pada tujuan semula.

Suatu ketika, muncul seorang penduduk asli Wengker yang sederhana, bahkan tanpa busana, namun penuh keyakinan. Ia menerima tantangan dengan syarat: adu kesaktian hanya boleh dilakukan dengan kalimah dan doa, tanpa senjata. Pertarungan berlangsung di tengah hutan angker, berbulan-bulan lamanya, hingga akhirnya Pangeran Sooka kalah. 

Konon, ia dikutuk berubah menjadi seekor cacing, lalu menjelma menjadi tanaman “cacingan”. Rambut panjangnya pun menjelma menjadi untaian cacing yang tak berkesudahan. Kisah ini menyimbolkan runtuhnya kesombongan manusia di hadapan kekuatan spiritual yang lebih tinggi.

Bertahun-tahun kemudian, legenda menyebutkan seorang Wali Allah menemukan Pangeran Sooka. Dengan karamah dan doa, sang wali mengembalikannya ke wujud semula. 

Namun jejak kutukan itu dipercaya tetap tinggal dalam bentuk Situs Pohon Cacingan, yang oleh masyarakat dianggap sebagai saksi bisu persinggungan antara kekuatan lokal Wengker dan pengaruh luar.

Kini, bagi sebagian orang, kisah ini bukan sekadar mitos, melainkan simbol pertemuan budaya, agama, dan spiritualitas di Pacitan. Ia juga merefleksikan pesan moral: bahwa kesombongan hanya akan menjerumuskan manusia, dan kerendahan hati dalam doa adalah jalan menuju keselamatan. Tak heran, Pacitan masih kerap dijuluki “kota misteri”, tempat di mana sejarah, mitologi, dan spiritualitas berjalin erat dalam cerita-cerita rakyat yang terus hidup hingga kini.

Penulis: Amat Taufan

Lebih baru Lebih lama