Hidup
bagai udara
yang datang tanpa panggilan,
menyusup di sela napas,
mengisi ruang sunyi
tanpa pernah kita sadari
kapan ia tiba.
Ia hadir
begitu lembut,
tanpa bunyi,
tanpa salam,
namun mampu mengubah hangat
dan cuaca
dalam dada kita.
Dan ketika ia pergi,
tak ada pintu yang ditutup,
tak ada kata yang diucap,
tak ada tanda tanya
yang sempat dititipkan.
Ia hanya berpindah arah—
diam,
halus,
meninggalkan hening
yang sulit kita terjemahkan.
Begitulah hidup.
Begitulah orang-orang yang singgah.
Menjadi bagian dari kita
tanpa kita minta,
dan menjauh
meski tak pernah kita usir.
Yang bisa kita lakukan
hanyalah merawat napas hari ini,
mensyukuri yang hadir,
merelakan yang pergi,
dan menunggu
hembusan berikutnya
yang mungkin kembali
menghidupkan ruang-ruang
dalam diri.