PACITAN TERKINI — Dunia kembali dikejutkan oleh laporan penemuan sebuah kitab kuno yang disebut sebagai Injil Barnabas asli, salah satu teks yang diyakini ditulis oleh Barnabas, murid pertama Yesus (Isa Almasih). Penemuan ini memunculkan berbagai reaksi, baik dari kalangan akademisi, pemuka agama, maupun Vatikan sendiri yang disebut tengah memantau perkembangan temuan tersebut.
Barnabas diyakini sebagai salah satu pengikut setia Yesus di Yerusalem. Nama aslinya adalah Yusuf, seorang Yahudi dari suku Lewi yang berasal dari Siprus. Ia dikenal sebagai penyebar ajaran kasih dan ketulusan sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus. Namun, berbeda dengan kitab-kitab injil yang kemudian diakui secara resmi oleh Gereja, Injil Barnabas memiliki isi dan pandangan yang tidak sejalan dengan versi kanonik.
Keunikan kitab ini terletak pada bahasa yang digunakan, yakni bahasa Aramik, bukan Yunani Kuno seperti injil-injil lainnya. Bahasa Aramik sendiri merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Yesus dan para pengikutnya, sehingga keberadaan teks ini dianggap memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Para peneliti menilai, hal ini memperkuat dugaan bahwa kitab tersebut bisa jadi berasal dari masa awal kekristenan.
Menurut laporan Daily Mail, Basij Press, dan National Turk, kitab kuno tersebut sebenarnya telah ditemukan pada tahun 2000 di wilayah Turki. Namun, pemerintah setempat baru mempublikasikan penemuan itu setelah lebih dari 12 tahun. Kitab itu ditulis di atas lembaran kulit hewan, menggunakan huruf Syriac dengan dialek bahasa Aram, yang lazim digunakan di kawasan Timur Tengah pada abad pertama Masehi.
Kisah keberadaannya cukup dramatis. Sekitar tahun 1980-an, kitab yang semula disimpan di sebuah biara dikabarkan dicuri oleh sekelompok perampok dan menghilang selama bertahun-tahun. Setelah melalui proses panjang, artefak berharga itu akhirnya berhasil diamankan oleh otoritas Turki dan kini dijaga ketat di salah satu museum nasional Turki.
Yang membuat kitab ini menarik perhatian dunia adalah isi pesannya. Dalam teks tersebut disebutkan bahwa Yesus tidak pernah disalib, melainkan diangkat ke surga oleh Tuhan. Selain itu, Injil Barnabas juga memuat nubuat tentang datangnya Nabi terakhir, Muhammad SAW, serta menyebut bahwa Islam adalah jalan yang benar.
Pernyataan tersebut jelas memunculkan perdebatan di kalangan teolog dan sejarawan. Sebagian pihak menganggap Injil Barnabas sebagai dokumen historis yang perlu diteliti lebih lanjut, sementara pihak lain menilai teks itu sebagai produk sinkretisme antara tradisi Kristen awal dan ajaran Islam yang muncul belakangan.
Meski demikian, pemerintah Turki menegaskan bahwa naskah tersebut merupakan artefak kuno bernilai tinggi dan menjadi bagian penting dari warisan sejarah dunia. Para ahli filologi, arkeolog, dan sejarawan dari berbagai negara disebut sedang meneliti keaslian dan isi kitab itu dengan pendekatan ilmiah.
Vatikan sendiri dikabarkan menyatakan minat untuk meneliti langsung kitab tersebut. Namun, hingga kini belum ada pernyataan resmi mengenai sikap Gereja Katolik terhadap isi Injil Barnabas versi Turki itu.
Sementara itu, publik dunia menanti hasil penelitian yang dapat menjelaskan asal-usul dan keautentikan naskah tersebut. Penemuan ini, apapun hasil akhirnya, telah membuka kembali diskusi panjang tentang sejarah teks keagamaan, serta hubungan antara agama samawi besar dunia—Yahudi, Kristen, dan Islam.