Jejak Sejarah dan Tradisi Kuno: Menelusuri 'Jengges Pacitan' dan Praktek 'Joyo Sutro'


PACITANTERKINI || Gambaran tentang sejarah dan tradisi kuno yang berkembang di Pacitan, khususnya terkait dengan "Jengges Pacitan" dan praktik "Joyo Sutro". Pada awalnya, masyarakat Pacitan diperkirakan hidup di dalam gua-gua dan kemudian berpindah menjadi nomaden dengan membuka lahan pertanian dan berburu. Mereka memiliki kepercayaan kepada Tuhan semesta alam yang diambil dari alam sekitarnya.

Tradisi ini menciptakan beberapa ritual kuno yang digunakan oleh komunitas untuk bersaing memperebutkan kekuasaan di kelompok mereka. "Jengges Pacitan" menjadi salah satu cara untuk membunuh atau mengalahkan lawan dengan cara-cara tersembunyi. 

Sebagai contoh, "Joyo Sutro" merupakan salah satu metodenya, yang melibatkan beberapa syarat seperti kembang, foto objek, rokok/menyan, daun sirih, benang, jarum, paku/silet, dll. Syarat-syarat tersebut dikirim oleh seorang dukun atau kepala suku yang memiliki ilmu tinggi ke objeknya melalui dimensi ghaib, ketika objek tersebut tidak sadar atau sedang tidur.

Praktik "Jengges Pacitan" terus berkembang hingga zaman modern meskipun agama Islam, syiar, dan dakwah semakin gencar. Mayoritas pemakainya didorong oleh dendam, kusumat, sakit hati terhadap orang lain, serta alasan rebutan jabatan dan kekuasaan. 

Meskipun begitu, ilmu "Jengges Pacitan" tetap terpelihara dan diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini. Paragraf ini memberikan wawasan tentang sejarah dan tradisi kuno yang tetap relevan di Pacitan, meskipun zaman dan nilai-nilai modern telah berkembang.

Pewarta: Amat Taufan

Editor: M. Rafid

 

Lebih baru Lebih lama