PACITANTERKINI || Pada abad ke-18 hingga ke-19 Masehi, Pendopo Kadipaten Pacitan dipindahkan dari wilayah Nanggungan ke lokasi baru di sekitar kota Pacitan saat ini. Pada masa tersebut, penjajah Belanda merekam foto-foto sebagai dokumen pribadi dan pemerintah, termasuk gambaran Pendopo dan rumah Adipati Pacitan yang masih sederhana dengan tembok pembatas jalan yang tidak tinggi.
Pembangunan pendopo tersebut berdasarkan Babat Tanah Alit dan Babade Nagara Patjitan dimulai pada masa Pemerintahan Mas Tumenggung Jogokaryo II saat itu asisten Residennya Van Guericke. Untuk kayunya Jogokaryo II memerintahkan kepada Kiai Patih Cokrodipuro untuk menebang Kayu Jati di Wilayah Watukarung. Selanjutnya diangkut melalui laut dan sebelum masih di teluk Pacitan ada badai. Kiai Patih selama 3 hari 3 malam terkatung-katung di tengah laut, setelah 3 hari badai berhenti Kian Patih Cokrodipuro bisa menepi.
Akhirnya Kiai Patih berhasil untuk menepi dan disambut oleh Adipati Jogokaryo II. Perjuangan untuk mencari kayu jati yang unggul sedemikian rupa namun sekarang hanya tinggal kenangan dan cerita. Uung Residen Belanda mengabadikan bentuk Pendopo Adipati Pacitan sekitar awal abad 19 setelah Perang Jawa atau Perang Diponegoro.
Rumah pendopo tersebut terlihat sangat sakral dan beraura mistis, dengan "Pohon Beringin Kembar" yang menjadi tempat berteduh bagi orang-orang yang ingin bertemu dengan Adipati Pacitan. Di depan Pendopo atau Rumah Adipati Pacitan, terdapat lapangan yang luas tempat rakyat berkumpul, mengadakan berbagai kegiatan, dan menggelar hajatan besar pada masa itu.
Dalam foto tersebut, terlihat banyak anak-anak pribumi yang bersenda gurau dan berbincang di depan jalan yang melintasi Rumah Pendopo Adipati Pacitan. Namun, saat ini, situs tersebut telah hilang dan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
Peninggalan bersejarah ini menjadi saksi bisu dari masa lalu yang kini hanya dapat diingat melalui dokumentasi dan cerita turun temurun. Semoga Allah SWT memberkahi, menjaga keluarga, rakyat, dan penerus umat Nabi Muhammad SAW serta memelihara bumi dan langit beserta isinya.
Pewarta: Amat Taufan
Editor: M Rafid M