PACITANTERKINI, Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan kembali melaksanakan megengan di rumah bapak Parman dan dimulai ba'da magrib.Sabtu, 09 Maret 2024, Dusun Plapar Megengan ini dilaksanakan dari rumah ke rumah secara bergantian. Megengan dilakukan dengan cara berdoa bersama dan mengadakan makan bersama.
Megengan merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Jawa yang dilakukan setiap menjelang bulan puasa. Megengan dilakukan untuk mengingatkan masyarakat datangnya bulan suci Ramadhan. Dimana pada bulan tersebut, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa.Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki, kirim doa kepada saudara yang sudah meninggal, tolak bala dan memanjatkan doa untuk kelancaran dan keselamatan selama bulan ramadhan yang segera tiba.
Sebelum melaksanakan megengan pada siang harinya warga telah nyekar atau ziarah ke makam kerabat dan keluarganya yang telah meninggal. Kegiatan dilakukan dengan membacakan tahlil maupun yasin dan dilanjutkan dengam berdoa dan menaburkan bunga atau disebut "nyekar".
Meskipun dalam keadaan hujan dan listrik sempat padam, warga tetap antusias mengikuti acara megengan, jenset pun dihidupkan sebagai penerangan agar acara dapat tetap berlangsung.
Setelah semua warga hadir, acara dimulai dan warga antusias mengikuti doa bersama yang dipimpin oleh pak kambang. Setelah doa bersama, para warga menikmati rames yang telah di hidangkan.
"Dalam megengan ini harus ada buceng, sramben, ketan, kolak dan apem," ujar sarimi.
"Buceng dimaknai sebagai permohonan kesehatan dan keselamatan, Sramben ditujukan untuk kirim doa kepada saudara yang sudah meninggal, ketan dan kolak sebagai ungkapan rasa syukur, dan apem dimaknai sebagai permohonan maaf kepada sesama," imbuh Situm.
Acara megengan ini juga menjadi momen penting bagi warga untuk berkumpul dan mempererat tali persaudaraan.
Pewarta: Febriani Cahyaningtias- Mahasiswi PBSI STKIP PGRI Pacitan