Mengatasi Krisis Pertanian di Desa Mantren: Kekurangan Air dan Ancaman Babi Hutan

 

KEBONAGUNG || Desa Mantren, yang dulu dikenal sebagai lumbung padi, kini menghadapi serangkaian tantangan yang mengancam kelangsungan pertanian mereka. Gagal panen yang terjadi di beberapa area sawah disebabkan oleh beberapa faktor utama, seperti kekurangan air dan serangan babi hutan. Petani setempat, Suwito (54), menggambarkan betapa sulitnya mempertahankan tanaman padi tanpa cukup pasokan air, sementara Meseni (61) menyoroti dampak perubahan iklim yang mengganggu metode bertani tradisional mereka.

Ma'ruf (30), petani lainnya, berbagi pengalaman frustrasinya ketika babi hutan merusak tanaman padi yang telah mereka tanam dengan susah payah, menyebabkan kerugian besar. 

Dalam menghadapi masalah ini, Kharis (47), Kepala Desa Mantren, Sabtu (13/4/240memaparkan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah desa untuk mengatasi tantangan tersebut. Dia menekankan pentingnya kerjasama antara petani dan pemerintah desa untuk mengamankan lahan pertanian dari gangguan hama dan mengelola sumber daya air secara lebih efektif dengan membangun sistem irigasi yang lebih baik.

Kerjasama antar petani, pemerintah desa, dan komunitas lokal dianggap krusial untuk menanggulangi krisis ini. Ada harapan kuat bahwa Desa Mantren akan dapat pulih dari krisis ini dan kembali menjadi komunitas pertanian yang kuat dan berkelanjutan, dengan kehidupan para petani yang terjamin dan sistem pertanian yang lebih tangguh

Pewarta:  Dwi Dhayin Tarini- PGSD STKIP PGRI Pacitan


Lebih baru Lebih lama