Perjalanan Hidup dan Bisnis Suranto: Dari Awal hingga Sukses sebagai Penjual Kambing


PACITAN || Suranto, putra ketiga dari Ponimin dan Wiji, lahir di Pacitan pada 8 Februari 1969. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN 2 Dersono, dilanjutkan ke SMP PGRI Sugihwaras, dan akhirnya ke SMK PGRI Donorojo. Ia mulai menjual kambing sejak 2010, menjajakan ternaknya di pasar-pasar hewan seperti Pasar Hewan Batu, Pasar Hewan Giriwoyo, dan Pasar Hewan Punung. Setiap pasar ini beroperasi pada hari-hari tertentu menurut penanggalan Jawa: Pasar Hewan Batu pada hari Pon, Pasar Hewan Giriwoyo pada hari Kliwon, dan Pasar Hewan Punung pada hari Pahing.

Suranto tinggal di RT 3 RW 8 Dusun Bulu, Desa Ngadirejan, Kecamatan Pringkuku. Dia memulai kariernya sebagai blanthik atau pedagang kambing pada tahun 2010. Awalnya, ia tidak memiliki pengetahuan tentang jual beli kambing. Namun, dengan belajar dari teman-temannya yang sudah berpengalaman, Suranto mulai memahami cara menilai harga kambing. Setelah merasa cukup menguasai ilmu tersebut, ia mulai merawat dan berdagang kambing sendiri.

Selain menjual kambing, Suranto juga mampu mengobati kambing yang terkena kudis. Pengetahuan ini diperolehnya dari pengalaman dan informasi yang didapat dari YouTube serta teman-temannya. Suranto menjalankan program penggemukan kambing dengan memberikan pakan ekstra untuk meningkatkan berat kambing, yang berujung pada peningkatan harga jual dan keuntungan.

Di samping menjadi pedagang kambing, Suranto juga kepala keluarga. Ia menikah dengan Suliatin pada tahun 1992 dan dikaruniai dua anak: Edo Lorian Syah Putra dan Esi Sulfia Ranti. Penghasilan dari menjual kambing memungkinkan Suranto untuk mencukupi kebutuhan keluarganya serta menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi. Edo lulus dari STKIP PGRI Pacitan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris pada 2018, sementara Esi sedang menempuh pendidikan di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di STKIP PGRI Pacitan sejak 2022.

Mengapa Suranto memilih menjadi penjual kambing meski tidak memiliki keahlian awal? Alasan utamanya adalah melihat peluang bisnis yang menjanjikan. Permintaan kambing cukup tinggi di masyarakat. Ia percaya bahwa keterampilan tersebut bisa dipelajari dan dikembangkan seiring waktu dengan bantuan temannya.

Suranto merasakan banyak suka dan duka sebagai penjual kambing. Sukanya termasuk kepuasan dari berhasil menjual ternak yang dirawat dengan baik, kebebasan mengatur waktu, serta fleksibilitas bekerja tanpa jam kerja yang ketat. Dukanya adalah harga kambing yang tidak stabil, beban kerja berat terutama saat musim panen, risiko kerugian akibat penyakit atau kecelakaan pada ternak, dan persaingan bisnis yang ketat.

Perjalanan Suranto sebagai penjual kambing dimulai dengan belajar dari temannya yang sudah berpengalaman. Setelah memutuskan untuk terjun ke bisnis ini, ia mencari sumber kambing, membangun jaringan pelanggan, dan mempromosikan bisnisnya melalui berbagai saluran, termasuk media sosial dan pasar tradisional. Tantangan yang dihadapinya termasuk fluktuasi harga pasar, persaingan bisnis, dan logistik ternak, namun dengan konsistensi, pengetahuan, dan kerja keras, Suranto berhasil membangun bisnis yang sukses dan berkelanjutan.

Motivasi Suranto dalam menjual kambing meliputi beberapa faktor:

  1. Peluang Bisnis yang Menjanjikan: Penjualan kambing menawarkan keuntungan karena permintaan yang stabil sepanjang tahun, terutama saat perayaan tertentu seperti Idul Adha.
  2. Kemandirian Ekonomi: Menjadi penjual kambing memberikan sumber penghasilan mandiri, mengatur waktu kerja sendiri, dan mengendalikan proses bisnis secara penuh.
  3. Koneksi dengan Alam: Bekerja dengan hewan ternak memberikan kepuasan spiritual dan kebahagiaan yang tidak didapat dari pekerjaan lain.
  4. Kebutuhan akan Keterampilan Baru: Mengembangkan keterampilan dalam merawat hewan dan menjalankan transaksi bisnis menjadi motivasi tersendiri.
  5. Hubungan dengan Masyarakat: Interaksi dengan masyarakat melalui bisnis kambing mempererat hubungan dan rasa memiliki peran penting dalam komunitas.
  6. Keinginan untuk Berkembang: Melihat penjualan kambing sebagai langkah awal menuju bisnis peternakan yang lebih besar dan kompleks.

Keuntungan memiliki pengetahuan dalam merawat dan mengobati kambing menurut Suranto adalah:

  1. Meningkatkan Kesehatan Ternak: Mengurangi risiko penyakit dan kematian, serta meningkatkan produktivitas ternak.
  2. Menghemat Biaya: Dengan mencegah dan mengobati penyakit secara mandiri, mengurangi ketergantungan pada pihak lain.
  3. Memperkuat Reputasi: Menjadi pedagang kambing yang andal dan peduli meningkatkan kepercayaan pelanggan dan penjualan.
  4. Mandiri dalam Mengelola Usaha: Mengurangi ketergantungan pada pihak lain dalam hal kesehatan ternak, memperkuat kemandirian bisnis.

Pewarta: Istiya'ul Karimah- PBSI STKIP PGRI Pacitan
Lebih baru Lebih lama