MrJazsohanisharma

Eksplorasi Sejarah dan Filosofi di Pantai Srau: Jejak Rahib Budha di Pacitan


PACITAN MISTERI || BISMILLAH dan semangat "Salam Literasi Sejarah", mari kita menjelajahi "Pacitan Kota Misteri" dan situs sejarahnya yang menakjubkan: Citus Srau. Terletak di Pantai Srau, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, situs ini diperkirakan berasal dari abad ke-8 hingga ke-9 Masehi.

Pada masa itu, sebagian besar dataran rendah Pacitan masih merupakan lautan. Beberapa rahib Budha dari Cina daratan datang ke Jawa dalam misi penyebaran agama Budha ke wilayah selatan. Lautan Selatan Jawa yang misterius, dengan ombak dahsyat dan terumbu karang yang terjal, menghadirkan tantangan besar bagi mereka. 

Dalam pencarian mereka untuk "Gunung Limo" dan "Gunung Kendali Sodo" — gunung-gunung yang dipercaya membawa mereka menuju keabadian di alam Nirwana, para rahib Budha ini terpaksa menghadapi bahaya di lautan.

Akibat kerusakan kapal yang parah, beberapa dari mereka mendarat di sekitar Pelabuhan Alam Iroboyo di Donorojo/Pacitan. Karena kapal mereka rusak berat, mereka memutuskan untuk menetap di pulau pesisir tersebut sambil melanjutkan pencarian mereka. 

Mereka menemukan sebuah pulau yang tampak seperti "perahu" dan dikelilingi oleh lautan yang indah, dengan batuan karang berbentuk "cincin setengah lingkaran". Air Samudra lautan Selatan Jawa mengalir ke celah-celah cincin ini, menciptakan pantai berpasir putih dan habitat yang kaya akan burung.

Karena keindahan alam dan keunikan pulau tersebut, para rahib Budha memutuskan untuk tinggal di sana sebelum melanjutkan perjalanan ke Gunung Limo dan Gunung Kendali Sodo. Seiring berjalannya waktu, peradaban berkembang di sekitar pulau tersebut, yang dikenal sebagai Pantai Prahu. 

Dalam dialek lokal, nama ini disederhanakan menjadi "Srau". Lokasi ini kini dianggap sangat indah dan sakral oleh mereka yang percaya akan kisah tersebut.

Filosofi dari cincin setengah lingkaran atau trowongan air laut ini dapat diartikan sebagai simbol siklus kehidupan manusia, menegaskan bahwa kehidupan adalah sebuah lingkaran yang terus berputar.

Penulis: Amat Taufan

 

Lebih baru Lebih lama