MrJazsohanisharma

Melestarikan Ketam Kayu Tradisional: Warisan Leluhur yang Kian Langka


PACITAN TERKINI || Di sebuah sudut desa yang tenang, Sukatman, seorang pengrajin kayu berusia 60 tahun, dari Pacitan dengan telaten memegang ketam kayu tradisionalnya. Alat sederhana dari kayu keras seperti akasia ini pernah menjadi senjata andalan para pengrajin untuk menghaluskan kayu. Namun kini, keberadaan ketam kayu semakin jarang ditemukan, tergerus oleh kemajuan teknologi.

“Ketam kayu ini bukan sekadar alat,” ujar Sukatman pada Jumat (22/11/24). “Ini adalah warisan dari leluhur kami. Dulu, setiap pengrajin kayu pasti punya ketam kayu sendiri. Alat ini mengajarkan kita tentang kesabaran dan ketelitian dalam bekerja.”

Pernyataan Sukatman menggambarkan lebih dari sekadar nostalgia. Ketam kayu tradisional adalah simbol sejarah panjang pertukangan kayu di Nusantara. Sayangnya, modernisasi telah menggantikan ketam kayu dengan mesin serut otomatis yang dianggap lebih praktis dan efisien.

Keindahan dan Makna Filosofis

Meski kalah pamor, ketam kayu menyimpan nilai estetika yang tinggi. Bentuknya yang sederhana namun fungsional menjadi daya tarik tersendiri bagi kolektor benda antik. Lebih dari itu, alat ini mengajarkan filosofi tentang kerja keras, kesabaran, dan kesempurnaan melalui proses manual.

Pak Sukatman mengungkapkan keprihatinannya, “Banyak orang yang tidak tahu cara menggunakan ketam kayu. Mereka lebih memilih membeli produk jadi daripada membuatnya sendiri. Padahal, ada kepuasan tersendiri ketika menciptakan sesuatu dengan tangan kita sendiri.”

Upaya Pelestarian

Berbagai komunitas pengrajin kayu kini mulai bergerak untuk melestarikan ketam kayu tradisional. Pelatihan pembuatan ketam kayu diadakan, mengajarkan generasi muda untuk mengenal dan menggunakan alat ini. Kolektor juga turut andil dengan mengumpulkan dan merawat ketam kayu yang masih tersisa.

Namun, semua itu belum cukup. Penurunan jumlah pengrajin kayu tradisional masih terus terjadi. Diperlukan langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan warisan budaya ini. Salah satu solusi adalah memasukkan pelajaran kerajinan tangan ke dalam kurikulum sekolah, sehingga generasi muda lebih menghargai seni pertukangan tradisional.

Selain itu, dukungan kepada pengrajin juga menjadi hal penting. Penyediaan bahan baku, fasilitas produksi, serta promosi produk kerajinan kayu tradisional dapat membantu para pengrajin tetap berkarya di tengah tantangan zaman.

Ketam Kayu sebagai Identitas Budaya

Lebih dari sekadar alat, ketam kayu tradisional adalah simbol identitas budaya bangsa. Pelestarian alat ini tidak hanya menjaga tradisi pertukangan, tetapi juga menguatkan hubungan kita dengan nilai-nilai luhur warisan leluhur. Dengan upaya yang berkelanjutan, ketam kayu tradisional diharapkan dapat terus hidup, menjadi bagian dari cerita panjang budaya Nusantara.

Pewarta : Adi Prastyo-PJKR-STKIP PGRI Pacitan

Lebih baru Lebih lama