PACITAN TERKINI || Situs Makam Kyai Salam, lokasi, Desa Lubang Lor, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
Kisah ini diperkirakan terjadi pada abad ke-15 hingga ke-16 Masehi, ketika Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Panembahan Senopati atau Raden Sutowijoyo, dengan ibu kota di Kota Gede, Yogyakarta.
Tersebutlah seorang abdi dalem kerajaan bernama Wonokerti, seorang tokoh yang bergelar Nglurah. Beliau dikenal sebagai sosok sakti mandraguna, taat beribadah, dan dihormati sebagai ulama di lingkungan keraton Mataram.
Peristiwa di Keraton Mataram
Suatu hari, saat berlangsung sebuah perjamuan besar yang dihadiri oleh para pejabat keraton, terjadi insiden yang melibatkan Wonokerti. Sebelum acara dimulai, sekelompok pejabat arogan mulai mencicipi hidangan yang belum diperkenankan. Wonokerti, dengan sopan, menegur mereka agar mematuhi tata krama keraton. Namun, teguran ini ditanggapi dengan tawa ejekan dan penghinaan.
Wonokerti yang kecewa akhirnya mengambil pecut (cambuk) pusaka andalannya dan mengucapkan peringatan keras, menyamakan perilaku mereka dengan hewan yang lapar. Akibatnya, suasana perjamuan menjadi kacau. Sultan Raden Sutowijoyo yang mendengar keributan datang untuk memeriksa keadaan.
Penghukuman Wonokerti
Kelompok pejabat yang merasa berkuasa melaporkan kejadian tersebut, menyudutkan Wonokerti sebagai penyebab kekacauan. Meski Wonokerti menjelaskan kejadian sebenarnya, Sultan memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati kepadanya di alun-alun Kota Raja.
Namun, ketika eksekusi dilakukan, Wonokerti tidak bisa mati. Ia berkata bahwa hidup dan mati manusia berada di tangan Tuhan. Karena frustrasi, Sultan memutuskan untuk mengasingkan Wonokerti ke Pulau Nusakambangan.
Transformasi di Nusakambangan
Di pengasingan, Wonokerti menekuni ibadah dengan tekad dan kerendahan hati. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren yang kelak dikenal sebagai Pesantren Kyi Salam. Akhir hidupnya dihabiskan untuk menyebarkan ilmu agama, mendidik murid-murid, dan membangun tradisi keislaman yang kokoh.
Makna dan Pesan
Cerita ini memberikan pelajaran tentang keikhlasan, keteguhan dalam menjalankan prinsip, serta ketergantungan mutlak pada kehendak Tuhan. Makam Kyi Salam kini menjadi situs bersejarah dan tempat ziarah, mengingatkan generasi akan perjalanan spiritual dan kontribusi besar sosok Wonokerti dalam membangun tradisi Islam di wilayah Jawa.
Semoga cerita ini menjadi inspirasi untuk terus menjaga nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal. Mugio Gusti ALLAH Paring Berkah.
Penulis: Amat Taufan