Budaya Baritan di Dusun Wati: Antara Tradisi dan Tantangan Zaman Modern

 
Oleh: Ajeng Kusumaningtyas / PBSI STKIP PGRI Pacitan


Indonesia adalah Negara yang punya banyak sekali budaya. Hal ini karena Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda beda. Setiap suku punya ciri khas dan keunikannya sendiri seperti, bahasa daerah,adat istiadat,dan kebiasaan sehari hari.Semua perbedaan itu membuat budaya Indonesia menjadi sangat beragam dan menarik. Budaya adalah bagian penting dari kehidupan manusia.

Budaya merupakan cerminan jiwa suatu bangsa. Melalui budaya kita dapat memahami bagaimana masyarakat berpikir,berperilaku,serta menata kehidupan sosialnya.Setiap bangsa memiliki kebudayaan yang unik yang terbentuk dari perjalanan sejarah. Oleh karena itu,budaya menjadi identitas yang membedakan satu bangsa dengan bangsa lainnya.Sekaligus menjadi dasar dalam membangun karakter nasional.

Menurut Koentjaraningrat (1984) budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Dengan kata lain,budaya mencerminkan cara hidup dan pola pikir suatu bangsa.

Pelestarian budaya menjadi sangat penting karena tanpa perhatian, tradisi dan nilai nilai luhur yang terkandung didalamnya bisa perlahan hilang. Generasi muda,yang merupakan penerus budaya,seringkali kurang mengenal atau bahkan tidak tertarik pada tradisi lokal karena pengaruh modernisasi dan teknologi. Padahal, mengenal budaya sendiri akan membantu mereka memahami jati diri, membentuk karakter, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap daerah atau negaranya.

Setiap daerah di dunia punya kebiasaan,nilai dan tradisi yang beda – beda. Hal inilah yang bikin setiap daerah di Negara jadi beragam dan berwarna. Di Indonesia sendiri, perbedaan budaya bisa kita lihat dari bahasa, pakaian adat, tarian, makanan khas, sampai upacara tradisional di tiap daerah. Salah satu contohnya adalah upacara baritan yang ada di Dusun Wati Desa Gawang Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Upacara adat Baritan sudah jadi tradisi turun – temurun sejak ratusan tahun lalu.Warga Dusun Wati,Desa Gawang,Kecamatan Kebonangung.Kabupaten Pacitan, Jawa Timur,selalu mengadakan upacara ini setiap datangnya Bulan Suro atau Muharram.

Upacara Baritan adalah tradisi turun – temurun yang diadakan sebagai bentuk tolak balak,yaitu upacara untuk menolak bencana atau wabah penyakit.Nama “Baritan” sendiri berasal dari kata rid atau wirid yang lama kelamaan berubah menjadi baritan.Dalam bahasa lain,baritan juga berarti tolak bala.Upacara ini biasanya dilakukan di perempatan jalan dusun.

Tempat itu dipilih karena berada ditengah – tengah desa,sehingga memudahkan warga dari empat arah jalan untuk berkumpul. Dalam pelaksanaannya, masyarakat juga menyiapkan tembung wadal atau tumbal yang akan digunakan sebagai bagian dari ritual untuk mengusir penyakit dan marabahaya.

Ritual Baritan sudah ada sejak abad ke – 16 atau sekitar tahun 1600 Masehi. Pada waktu itu,masyarakat sedang dilanda wabah penyakit yang tidak diketahui obatnya. Menurut cerita Mbah Yono (68), juru kunci Baritan, gejala penyakit itu sangat parah, pagi hari orang demam, sore sudah meninggal.

Mbah Yono juga bercerita bahwa saat wabah menyebar,para orang sakti dari  berbagai daerah di Pulau Jawa saling berkomunikasi lewat cara – cara gaib.Mereka berusaha mencari jalan untuk menyembuhkan orang yang sakit dan menghentikan wabah tersebut. Konon,orang – orang sakti itu adalah keturunan ke delapan dari Ki Buwana Keling. Sebagian dari mereka kemudian melarikan diri ke beberapa tempat,dan salah satunya sampai di Dusun Wati.

Setelah melakukan komunikasi dengan alam gaib,dua keturunan kedelapan dari Ki Buwana Keling,yaitu Bayu Ratas dan Posong Singo Yudo,mendapat petunjuk untuk melakukan pertapaan selama 40 hari di Gunung Wati (Pongko Wati).Setelah menjalani pertapaan panjang itu,mereka akhirnya mendapatkan pituduh/wangsit untuk mengadakan ritual tolak bala.

Dalam wangsit tersebut juga disebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti menyiapkan ayam tolak, wedhus kendhit (kambing dengan bulu hitam melingkar seperti sabuk), kain mori,dan berbagai hasil bumi. Ritual ini harus dilakukan pada bulan suro. Sejak saat itu,warga di Dusun Wati rutin melaksanakan upacara baritan setiap tahun hingga sekarang.

Namun ditengah kemajuan zaman dan teknologi sekarang,tradisi Baritan mulai menghadapi tantangan.Banyak anak muda yang kurang paham arti dan tujuan dari upacara ini,bahkan ada yang yang menganggapnya kuno atau ketinggalan zaman. Padahal,jika di pahami lebih dalam, Baritan menyimpan nilai -  nilai penting,seperti menjaga hubungan baik antar manusia,alam, dan Sang Pencipta.

Salah satu tantangannya adalah kurangnya minat dari generasi muda.Banyak anak muda saat ini lebih sibuk dengan hiburan digital, media sosial, game, atau mengikuti tren budaya dari luar negeri. Karena itu, mereka jarang ikut berpartisipasi dalam upacara Baritan, bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang tradisi ini. Padahal,keterlibatan anak muda sangat penting supaya tradisi ini tetap hidup dan bisa diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kalau generasi muda tidak ikut melestarikan upacara baritan,maka tradisi ini perlahan lahan akan hilang.Padahal,di balik ritual dan tata cara yang terlihat sederhana,Baritan menyimpan banyak nilai penting.Tradisi ini mengajarkan tentang kerukunan,gotong royong,menjaga alam,dan mengingat sang pencipta.Dengan ikut serta dalam upacara,anak muda bisa belajar langsung dari nenek moyang tentang cara menghargai budaya,menjaga persatuan,dan memahami makna dibalik setiap ritual.

Selain itu,keterlibatan generasi muda juga bisa membuat tradisi Baritan lebih hidup. Mereka bisa membantu menyiapkan upacara,menyebarkan informasi,mengambil foto atau video dokumetasi saat acara berlangsung,atau bahkan membuat upacara ini lebih dikenal oleh orang luar. Dengan begitu, Baritan tidak hanya menjadi tradisi lokal yang terlupakan, tapi bisa menjadi warisan budaya yang dihargai banyak orang.Jadi,sangat penting bagi anak muda untuk mau belajar, ikut terlibat,dan menjaga tradisi ini agar tetap terjaga sampai nanti.

Tantangan lain yaitu datang dari pengaruh globalisasi dan masuknya budaya asing.Saat ini,arus budaya luar sangat mudah ditemui di mana – mana,mulai dari musik, film, media sosial, tren fashion, hingga gaya hidup modern yang banyak ditampilkan ditelevisi dan internet. Banyak anak muda yang lebih tertarik dengan hal – hal itu dibandingkan belajar tentang tradisi lokal. Akibatnya,banyak anak muda mulai menganggap tradisi seperti baritan itu kuno,jadul,atau ketinggalan zaman.

Padahal,dibalik upacara baritan,banyak sekali nilai penting yang bisa dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari hari.Tradisi ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur,gotong royong,hidup rukun dengan orang lain,menjaga persatuan,dan menghormati alam sekitar.Selain itu,Baritan juga mengingatkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan Tuhan.Nilai – nilai seperti kebersamaan,tolong menolong,dan kepedulian terhadap lingkungan ini sangat penting bahkan untuk di zaman modern  seperti sekarang.

Sayangnya,karena budaya luar terlihat lebih menarik dan gampang diakses,banyak anak muda kadang tidak memahami atau menghargai nilai – nilai yang ada dalam upacara baritan.Mereka mungkin menganggap ritual ini hanya kegiatan lama yang membosankan,padahal setiap bagian upacara punya makna penting. Kalau tradisi ini tidak diajarkan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dimengerti,anak muda bisa semakin jauh dari warisan budaya nenek moyang mereka.

Karena itu, peran orang tua dan tokoh masyarakat sangat penting untuk mengenalkan Baritan ke anak muda. Misalnya, dengan menceritakan sejarahnya, menjelaskan makna tiap ritual,atau mengajak mereka ikut langsung dalam upacara. Dengan begitu, anak muda tidak Cuma tahu tentang tradisi,tapi juga bisa merasakan nilai – nilai baik yang ada didalamnya.Kalau semua mau bekerja sama,tradisi baritan bisa tetap hidup,dihargai,dan menjadi bagian penting dari budaya Dusun Wati,meski zaman sekarang penuh dengan pengaruh modern dan budaya luar.

Selain itu, kesibukan masyarakat di zaman sekarang menjadi tantangan besar bagi kelestarian tradisi Baritan. Banyak orang sibuk bekerja untuk mencari nafkah, sekolah, atau mengurus keperluan sehari-hari. Waktu mereka sering habis untuk kegiatan lain yang dianggap lebih penting, sehingga sulit untuk ikut upacara adat. Tidak jarang, sebagian orang merasa upacara ini kurang penting atau terlalu memakan waktu dan tenaga.

 Akibatnya, semakin sedikit orang yang ikut serta dalam Baritan. Padahal, kehadiran semua warga baik orang tua, dewasa, maupun anak muda sangat penting agar upacara terasa hidup dan meriah. Jika warga jarang hadir, suasananya bisa terasa sepi dan kurang berkesan. Selain itu, kalau tradisi ini tidak dilakukan dengan semangat bersama, anak-anak dan generasi muda bisa saja tidak tahu atau tidak mengerti makna setiap ritual, sehingga budaya yang sudah ada ratusan tahun bisa hilang atau terlupakan.

Kondisi seperti ini juga membuat hubungan antarwarga menjadi kurang dekat, padahal saat menyiapkan upacara Baritan biasanya warga saling gotong royong dan semakin akrab. Baritan bukan cuma soal ritual, tapi juga kesempatan untuk bekerja sama, mempererat persaudaraan, dan menumbuhkan rasa bangga pada budaya sendiri.

 Kalau masyarakat tidak ikut aktif, nilai-nilai penting ini sulit diteruskan ke generasi berikutnya. Makanya, penting banget bagi semua warga untuk ikut menjaga tradisi ini, walaupun cuma dengan hal kecil. Misalnya, bantu menyiapkan perlengkapan upacara, ikut hadir, atau sekadar menghormati jalannya ritual. 

Dengan cara itu, Baritan bisa tetap hidup, maknanya tetap dirasakan, dan jadi bagian penting dari budaya Dusun Wati, meskipun zaman sekarang banyak orang sibuk dengan kegiatan sehari hari.

Masalah lainnya adalah kurangnya dokumentasi dan promosi.Selama ini,upacara Baritan jarang difoto,direkam,atau dibagikan kebanyak orang lewat media sosial.Akibatnya,banyak orang,terutama anak muda,tidak mengenal atau tidak benar – benar mengerti makna dan nilai yang ada pada tradisi ini.Padahal,setiap bagian dari Baritan punya tujuan dan pesan yang penting,seperti bersyukur kepada Tuhan,hidup rukun dengan tetangga,gotong royong,saling menolong dan menjaga alam sekitar agar terhindar dari marabahaya.Selain itu,karena jarang diperlihatkan atau dibagikan,orang yang tinggal diluar dusun atau anak muda yang sibuk dengan kegiatan sehari – hari  jadi sering menganggap baritan sebagai hal yang kuno atau tidak penting.

Padahal,tradisi ini sebenarnya menyimpan banyak pelajaran hidup  yang bisa dipakai dalam kehidupan sehari – hari.Kalau Baritan terus  diabaikan dan tidak ada yang melestarikannya,suatu saat tradisi ini akan hilang.Anak – anak dan generasi muda mungkin tidak pernah merasakan langsung suasana upacara ini,jadi tidak mengerti arti dibalik setiap ritual,dan akhirnya nilai – nilai baik yang sudah diwariskan turun – temurun bisa terlupakan.

Oleh karena itu,penting banget untuk mendokumentasikan dan memperkenalkan Baritan.Bisa dengan cara merekam.memotret,menulis,atau membagikan cerita tentang baritan di media sosial. Dengan begitu, tradisi ini bisa lebih dikenal, tidak hanya di Dusun Wati tapi juga ditempat lain. Cara ini juga bisa membuat anak muda lebih tertarik untuk ikut,memahami,dan merasakan nilai – nilai baik yang ada didalamnya.Kalau terus dijaga dan diperhatikan,Baritan bisa tetap hidup,dihargai,dan diwariskan ke generasi berikutnya sebagai bagian penting dari budaya Kab Pacitan.

Meski menghadapi berbagai tantangan,budaya Baritan tetap memiliki peran penting untuk dijaga. Tradisi ini bukan hanya sekedar upacara, tetapi juga mengajarkan banyak nilai yang baik,seperti rasa syukur atas rezeki yang diberikan,kebersamaan antarwarga,dan rasa hormat terhadap alam serta Sang Pencipta. Nilai-nilai tersebut sangat berharga karena dapat membentuk karakter masyarakat yang lebih peduli dan harmonis.

Agar tradisi Baritan tidak hilang seiring waktu,masyarakat perlu mencari cara – cara kreatif untuk melestarikannya.Salah satunya adalah dengan melibatkan anak muda secara aktif,sehingga mereka tidak hanya menjadi penonton,tetapi juga ikut merasakan makna dan keseruan upacara ini.Selain itu,mendokumentasikan Baritan melalui foto,video,atau cerita bisa membantu lebih banyak orang mengenal tradisi ini.Pengenalan melalui media sosial juga menjadi cara efektif untuk menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan dunia digital.

Selain itu,masyarakat bisa menyesuaikan waktu pelaksanaan upacara agar lebih mudah diikuti,tanpa mengganggu kegiatan sehari – hari.Pemerintah desa juga dapat mendukung pelestarian tradisi Baritan melalui program budaya,lomba,atau festival yang melibatkan semua kalangan.

Dengan langkah – langkah sederhana tersebut,tradisi Baritan tidak hanya akan menjadi kenangan masa lalu,tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas budaya yang terus dijaga.Generasi sekarang bisa merasakan maknanya,sementara generasi mendatang dapat meneruskan dan melestarikan tradisi ini dengan bangga.Dengan begitu,Baritan tetap hidup,menjadi pengikat kebersamaan,dan menjadi simbol warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Budaya Baritan  merupakan salah satu contoh nyata bagaimana tradisi lama masih tetap hidup dan dijaga oleh masyarakat hingga sekarang. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan keselamatan, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat hubungan antarwarga. Melalui kegiatan Baritan, masyarakat belajar untuk saling menghargai, bekerja sama, dan menjaga kebersamaan dalam lingkungan mereka. Semua orang ikut berpartisipasi, mulai dari anak-anak hingga orang tua, sehingga tercipta suasana yang hangat dan penuh makna.

Di tengah perkembangan zaman yang serba modern, banyak tradisi mulai ditinggalkan karena dianggap kuno. Namun, Baritan  justru menunjukkan bahwa budaya lokal masih bisa bertahan jika masyarakatnya peduli dan mau melestarikannya. Tradisi ini tidak hanya penting sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya rasa syukur dan kebersamaan dalam kehidupan. Oleh karena itu, menjaga dan meneruskan budaya Baritan kepada generasi muda merupakan tanggung jawab bersama, agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan terus memberikan makna bagi masyarakat di masa yang akan datang.

Dengan begitu, menjaga budaya adalah tanggung jawab semua orang, bukan hanya para tetua atau pemerintah, tetapi juga kita sebagai generasi sekarang. Menjaga budaya tidak selalu harus melalui hal besar atau formal. Hal-hal sederhana sehari-hari pun bisa sangat berarti, misalnya ikut serta dalam kegiatan adat yang ada di lingkungan sekitar, menghargai bahasa dan seni lokal, mengenal tarian atau lagu daerah, atau bahkan sekadar menceritakan sejarah dan makna tradisi kepada anak-anak dan generasi muda di sekitar kita. Setiap usaha kecil itu membantu budaya tetap hidup dan dikenal, agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak hilang ditelan waktu.


Semakin kita peduli dan merawat budaya sendiri, semakin kuat pula jati diri kita sebagai bangsa. Budaya mengajarkan banyak hal penting, seperti rasa syukur atas apa yang dimiliki, kerja sama dalam kehidupan sehari-hari, kebersamaan, dan saling menghargai satu sama lain. Nilai-nilai ini tidak hanya membentuk diri kita, tetapi juga membangun masyarakat yang harmonis dan penuh empati. Dengan memahami, menghargai, dan melestarikan budaya, kita juga memberikan bekal bagi generasi berikutnya agar mereka tetap bangga menjadi bagian dari bangsa ini.


Dan pada dasarnya, budaya adalah warisan berharga yang membentuk kehidupan dan peradaban manusia. Budaya bukan hanya sesuatu yang kita warisi dari masa lalu, tetapi juga menjadi panduan untuk melangkah ke masa depan. Menjaga budaya berarti menjaga jati diri bangsa, memperkuat karakter generasi muda, dan membangun kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai kebaikan. Jadi, budaya bukan sekadar kebanggaan, melainkan bagian dari kehidupan yang membuat bangsa kita tetap kuat dan berarti di tengah perubahan dunia.



Lebih baru Lebih lama