Citus Sumur Tua Masjid Tiban Sunan Bayat/Sunan Pandanarang, Arjosari


PACITANTERKINI || Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, mari kita sambut keajaiban sejarah di Kota Pacitan, yang menjadi saksi bisikan waktu dari masa lalu yang penuh misteri.

Pada zaman keemasan abad ke-15 Masehi, tepatnya di Kompleks Masjid Tiban Sunan Bayat/Sunan Pandanarang di Desa Mangun Harjo, Kecamatan Arjosari, Pacitan, Sunan Bayat menyebarkan ajaran Islam di wilayah ini. Saat itu, daerah sekitarnya masih berupa Kedung atau danau, terhubung dengan lautan selatan. Sunan Bayat memohon kepada Allah SWT agar wilayah ini bisa dihuni oleh manusia.

Dengan penuh keikhlasan, Sunan Bayat berusaha mencari sumber air tawar di tengah lingkungan yang masih terpengaruh oleh air asin laut selatan. Melalui doa dan usahanya, beliau menggunakan "Kejuk" atau ijuk dari pohon aren sebagai sumbat, mengarahkan beberapa sumber air laut menuju danau/kedung di sekitarnya, dan berhasil mengubah air laut menjadi air tawar yang tidak asin.

Ketika Sunan Bayat mendirikan mushola/masjid untuk ibadah sholat, beliau menghadapi kesulitan dalam mencari air tawar untuk berwudhu dan bersuci. Dengan penuh keyakinan dan doa, beliau menancapkan tongkat di lokasi yang kemudian dikenal sebagai Citus Sumur Tua Masjid Tiban Sunan Bayat/Sunan Pandanarang. Keajaiban terjadi ketika air bersih untuk wudhu langsung muncul dari tanah, tidak hanya sekadar satu meter, tetapi juga selalu berkelanjutan meski dalam musim kemarau yang panjang.

Keberadaan sumber mata air ini menjadi sangat sakral dan dihormati oleh masyarakat setempat. Dengan cermat, batu kali tersusun rapi di bagian bawah samping dinding sumur, tidak boleh disemen, sehingga air bersih berasal dari bawah dan samping sumur. Citus Sumur Tua Masjid Tiban Sunan Bayat/Sunan Pandanarang bukan hanya sekadar sumur, melainkan saksi sejarah perjuangan para Wali Allah dalam membangun peradaban Islam dan kesejahteraan rakyat.

Semoga berkah Allah senantiasa menyertai perjalanan spiritual dan sejarah, baik bagi Sunan Bayat, keluarga, masyarakat, maupun generasi penerus yang mengemban amanah keberlanjutan dari ajaran Nabi Muhammad SAW. "Mugio Gusti Allah Paring Berkahipun Teng Engsun; keluarga; rakyat lan penerus ipun Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah; bumi langit sak isinipun." (Amat Taufan)

Lebih baru Lebih lama