Pantai Pangasan: Surga Tersembunyi di Ujung Sawah dan Tebing Gunung Lanang

 

PACITAN TERKINI  — Tak semua keindahan laut bisa dijangkau dengan mudah. Di Dusun Batulapak, Desa Kalipelus, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, ada sebuah pantai yang seolah sengaja disembunyikan alam. Namanya Pantai Pangasan — sebuah hamparan laut biru yang berpadu dengan hijaunya sawah dan tebing batu menjulang, menciptakan lanskap yang begitu eksotis dan tak biasa.

Untuk mencapai Pantai Pangasan, pengunjung harus siap sedikit berpetualang. Dari pusat Kecamatan Kebonagung, perjalanan ditempuh sekitar 30 menit menggunakan kendaraan, lalu dilanjutkan dengan trekking sejauh hampir dua kilometer. Jalannya masih berupa jalan tanah, melewati hamparan sawah dan perbukitan kecil yang menenangkan mata.

Pesona Alam yang Penuh Kontras

Tempat Sempurna untuk Menepi

Antara Alam, Kearifan Lokal, dan Harapan

Potensi Wisata Berbasis Alam dan Budaya

Menutup Hari di Ujung Tebing

“Kalau sudah sampai sini, capeknya hilang,” ujar salah satu warga  Kalipelus yang sering menemani wisatawan menuju pantai. “Pemandangannya beda, Mas. Ada sawah, tebing, laut, semua jadi satu,” tambahnya sambil tersenyum.

Begitu melewati jalur terakhir, terbentanglah pemandangan spektakuler — ombak besar Pantai Selatan menghantam karang, diapit oleh tebing batu besar yang warga setempat menyebutnya Gunung Lanang. Tebing inilah ikon Pantai Pangasan, menjulang gagah seolah menjadi penjaga abadi wilayah pesisir Pacitan bagian timur.

Berbeda dengan pantai-pantai wisata populer di Pacitan seperti Klayar atau Teleng Ria, Pangasan masih alami dan belum tersentuh banyak pembangunan. Justru di situlah letak keindahannya. Hamparan sawah hijau yang langsung berbatasan dengan pasir pantai menciptakan pemandangan langka — sawah dan laut dalam satu bingkai pandang.

“Kalau musim panen, suasananya makin cantik,” ujar warga Dusun Batulapak. “Hijau sawahnya bertemu biru laut, apalagi kalau sore hari pas matahari mau tenggelam, wah… luar biasa.”

Suara debur ombak berpadu dengan semilir angin sawah menciptakan harmoni alam yang menenangkan. Banyak wisatawan memilih datang menjelang sore untuk menikmati panorama matahari tenggelam di balik Gunung Lanang, yang memantulkan warna keemasan di permukaan laut.

Pantai Pangasan bukan tempat untuk keramaian. Tak ada kafe, wahana air, atau penginapan di sekitar lokasi. Namun bagi mereka yang ingin mencari ketenangan dan keaslian alam, tempat ini adalah surga kecil yang memanjakan jiwa.

Banyak pengunjung datang untuk berkemah, memancing, atau sekadar menikmati waktu sendiri sambil mendengarkan suara laut. Jalur menuju pantai juga cocok untuk trekking ringan bagi para pencinta alam. Bagi fotografer, setiap sudut pantai ini menawarkan komposisi lanskap yang dramatis — batu karang, tebing, sawah, dan langit yang luas.

Nama “Pangasan” sendiri dipercaya berasal dari kata pangas, yang berarti tempat memangkas atau memotong, merujuk pada bentuk tebing-tebing batu yang terlihat seperti hasil pahatan alam. Sementara warga setempat menyebut area pantai juga sebagai “Mbakung”, karena di sekitar bibir pantai tumbuh subur tanaman bakung — tanaman berdaun panjang hijau yang menjadi penanda alami kawasan tersebut sejak dahulu.

Bagi masyarakat Kalipelus, pantai ini bukan sekadar tempat wisata, melainkan bagian dari identitas desa dan kearifan lokal. Mereka menjaga kebersihan dan keasrian kawasan dengan kesadaran bersama.

“Pantai ini bukan tempat ramai-ramai,” ujar Slamet kembali. “Kami ingin tetap menjaganya supaya tetap alami. Biar anak cucu masih bisa lihat keindahan seperti ini.”

Meskipun aksesnya masih menantang, pemerintah desa dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat mulai merancang upaya pengembangan wisata berbasis alam dan budaya. Rencana jangka panjangnya adalah menyediakan jalur akses yang lebih baik tanpa merusak lingkungan, serta memperkenalkan Pantai Pangasan sebagai ikon ekowisata alami Kebonagung.

“Pacitan punya banyak pantai indah, tapi Pangasan ini unik,” kata Andi Prasetyo, salah satu pegiat wisata lokal. “Di sini pengunjung bisa melihat laut, sawah, dan tebing dalam satu pemandangan. Ini aset yang luar biasa.”

Saat senja mulai turun, langit Pantai Pangasan berubah jingga keemasan. Cahaya matahari terakhir menembus sela-sela tebing Gunung Lanang, memantul di permukaan laut, seolah mengabadikan keheningan sore di ujung Pacitan. Tak ada suara selain ombak yang terus berbicara — pelan, tapi penuh makna.

Pantai Pangasan adalah pertemuan antara kerasnya laut selatan dan lembutnya sawah hijau pedesaan, antara petualangan dan kedamaian. Sebuah surga kecil yang mengajarkan: keindahan tak selalu mudah dijangkau, tapi selalu pantas diperjuangkan.

Lebih baru Lebih lama