Atas nasihat ayahandanya, Prabu Brawijaya Akhir, R. Panji melakukan perjalanan spiritual di hutan angker Wiranti. Dalam pengembaraannya, ia berhasil menundukkan raja-raja siluman dan kelompok perampok sakti pada masanya. Puncak pertarungannya adalah melawan sepasang Maha Raja Siluman Naga Kuning. Ketika terusik, naga kembar tersebut menjelma menjadi pohon jati Wiranti agar tidak dikenali. Namun, berkat kesaktiannya, R. Panji mampu melihat penyamaran itu dan menaklukkannya. Kedua naga akhirnya menyerah dan bahkan bersedia membantu membangun Kerajaan Wiranti.
Kayu jati Wiranti kemudian dijadikan pusaka kerajaan berbentuk Godo (pemukul senjata perang). Pusaka tersebut berukuran sekitar 55–57 cm, terbuat dari kayu jati pilihan, dan memiliki 11 gerigi menyerupai buah belimbing. Hingga kini, pusaka itu tetap terjaga tanpa rusak dimakan rayap maupun cuaca, sehingga dianggap sangat sakral.
Filosofi dari Godo Wiranti adalah: “Hidup ibarat roda yang selalu berputar, jangan mendahului kehendak Allah SWT” (Ojo Mijit Woh ipun Wiranti). Senjata ini digunakan R. Panji dalam berbagai peperangan, termasuk saat menghadapi pasukan Wali Songo, Demak, Pasai, Cirebon, hingga Tegal dalam proses islamisasi kerajaan yang sebelumnya berlandaskan Hindu-Buddha.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah atas peninggalan sejarah ini bagi kita semua.
Penulis: Amat Taufan