MrJazsohanisharma

Dakon/Congklak: Permainan Tradisional yang Melatih Kecerdasan Anak-Anak di Pacitan


PACITANTERKINI || Pada sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, ketika Jawa terbagi menjadi dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Pasundan dan Kerajaan Majapahit, muncul permainan anak-anak yang terkenal di lingkungan istana yang disebut "Dakon" atau "Congklak". 

Permainan ini dimainkan oleh dua pemain yang saling berhadapan di atas papan permainan yang terdiri dari bolongan-bolongan yang diisi dengan biji-bijian, biasanya dari biji sawo kecik yang disebut "Simbar". 

Permainan dimulai dengan mengisi setiap bolongan dengan 7 biji bijian, dan bagian akhir bolongan disebut "Lumbung" atau "Simpanan". Bolongan tersebut akan terisi ketika setiap langkah membutuhkan penambahan 1 biji. 

Permainan dimulai bergiliran antara dua pemain, dan jika salah satu pemain kehabisan biji, giliran tersebut akan berganti. Filosofi dari permainan tradisional ini adalah melatih kecerdasan anak-anak dalam berhitung dan strategi, karena mereka perlu memasukkan biji ke dalam Lumbung dengan tepat. 

Pemenang ditentukan berdasarkan jumlah biji yang ada di Lumbungnya dibandingkan dengan lawannya. Permainan dimulai dari satu arah searah jarum jam, dengan maksud melambangkan hubungan antara semesta alam dan manusia dalam menghadapi langkah-langkah hidup dan kehidupan di masa depan.

 

Lebih baru Lebih lama