Pembangunan IKN Memang “Relatif Cepat” Tapi Sama Sekali Tidak Terburu-buru

 

JAKARTA ||  Selasa, 23 Juli 2024 Andre Vincent Wenas, MM, MBA, pemerhati masalah ekonomi dan politik, menaggapi komentar, "Mengapa proyek IKN dikerjakan terburu-buru dan tergesa-gesa?" Sebenarnya, mudah sekali untuk menjawab komentar ini. Proyek IKN sama sekali tidak terburu-buru atau tergesa-gesa, karena faktanya demikian.

Wacana tentang perpindahan ibu kota negara pertama kali digagas oleh Bung Karno, kemudian sempat diwacanakan kembali oleh Pak Harto, tetapi rencana tersebut stagnan. Para penggantinya juga mempertimbangkan ide ini dengan alasan yang masuk akal sesuai kondisi dan tantangan masing-masing.

Baru pada era Presiden Joko Widodo, wacana ini terealisasi menjadi kerja nyata di lapangan, bukan sekadar gambar indah di meja desain arsitektur. Kini, proyek ini terwujud dalam rancang bangun teknik sipil dengan perpaduan karya seni maestro Nyoman Nuarta dan keringat para pekerja proyek. Baru-baru ini, bilah terakhir dari struktur sayap garuda yang megah dipasang dan menaungi istana kepresidenan, menandai pencapaian yang membanggakan.

Proyek pembangunan IKN ini tidak dikerjakan dalam setahun atau dua tahun, dan tidak dilakukan terburu-buru. Mulai sejak wacana ini digulirkan tahun 1950-an hingga perumusan Undang-Undang IKN di masa pemerintahan Jokowi, dan realisasi di lapangan sejak 2022 hingga tuntas pada 2045, semuanya sesuai tahapan rencana.

Tahapan realisasi dibagi menjadi lima fase, dimulai dari tahun 2022 hingga 2045. Fase pertama adalah pemindahan tahap awal (2022-2024), yang sedang dikerjakan dan hampir tuntas. Fase kedua (2025-2029) adalah pembangunan IKN sebagai area inti yang tangguh, fase ketiga (2030-2034) melanjutkan pembangunan IKN lebih progresif, fase keempat (2035-2039) membangun infrastruktur dan ekosistem tiga kota untuk percepatan pembangunan Kalimantan, dan fase kelima (2040-2045) mengokohkan reputasi IKN sebagai kota dunia untuk semua.

Gagasan Bung Karno yang direalisasikan oleh Jokowi ini melalui perhitungan cermat dan keberanian bertindak, didasarkan pada visi jauh ke masa depan. Meskipun tidak semua orang bisa memahaminya, kritik dan perdebatan mengenai IKN dipandang sebagai hal positif yang menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap perpindahan ibu kota negara.

Perpindahan ibu kota ini adalah bagian integral dari proses revolusi mental bangsa, yang berdampak pada perubahan paradigmatik dan sikap mental bangsa. Kritik dan nyinyiran adalah hal biasa dalam manajemen perubahan, berfungsi sebagai kontrol untuk menghindari khayalan. Namun, terobosan perlu diambil agar bangsa ini keluar dari paradigma lama "kita masih belum siap." Proyek besar IKN ini telah menggeret mental bangsa untuk menjadi revolusioner dan progresif.

Event peringatan hari kemerdekaan yang hybrid di IKN dan Jakarta adalah bentuk perayaan yang menjaga momentum perubahan. Selebrasi-selebrasi kecil di setiap tahapan menyemangati dan merawat antusiasme bangsa.

IKN adalah proyek bersejarah dengan pertaruhan besar. Proyek ini berjalan sesuai jadwal, on-time dan on-track, tidak terburu-buru. Mental lambat asal telat dan mangkrak perlu direvolusi.

Mulailah berpikir kritis dan positif. Merdeka! Merdeka dari kebuntuan berpikir.

Penulis: Andre Vincent Wenas, MM, MBA, pemerhati masalah ekonomi dan politik

Lebih baru Lebih lama