PACITAN MISTERI || "BISMILLAH"; "Salam Literasi Sejarah"; "Pacitan, Kota Misteri". Salah satu benda bersejarah yang terkenal adalah Koco Benggolo, diperkirakan berasal dari abad ke-8 hingga ke-9 Masehi.
Kisahnya bermula ketika Kerajaan Majapahit mengutus Maha Patih Gajah Mada, yang juga dikenal sebagai Gajah Gumilap, untuk melamar Dyiah Ayu Pitaloka, putri Maharaja Siliwangi dari Kerajaan Pasundan.
Namun, niat untuk menyerahkan sang putri kepada Raja Majapahit tidak terlaksana setelah Gajah Mada berupaya menaklukkan Pasundan di bawah kepemimpinan Raja Siliwangi, yang berujung pada peperangan besar antara kedua kerajaan di Pulau Jawa.
Dalam kekacauan peperangan tersebut, Dyiah Ayu Pitaloka yang sudah dibawa oleh Gajah Mada mencari perlindungan dan bersembunyi di wilayah perbatasan kedua kerajaan, tepatnya di sekitar Watu Patok (Kecamatan Bandar, Pacitan). Sang putri tidak dapat kembali ke Pasundan ataupun ke Majapahit karena sudah diserahkan kepada Gajah Mada, dan sang patih pun tidak berani pulang ke Majapahit karena kalah perang.
Akhirnya, sang putri menetap hingga akhir hayatnya di wilayah tersebut. Gajah Mada dan para pengikutnya melanjutkan perjalanan ke "Wilayah Krai", yang kini dikenal sebagai Desa Gayuhan di Kecamatan Arjosari, Pacitan. Demi keamanan dan agar tidak dikenali, Gajah Mada mengubah namanya menjadi Gajah Gumilap.
Benda bersejarah Koco Benggolo ini adalah milik Dyiah Ayu Pitaloka dan diselamatkan oleh para pengikut setianya serta Gajah Gumilap. Situs ini ditemukan sekitar 200 meter dari makam Gajah Gumilap oleh penjajah Belanda dan kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Koco Benggolo terbuat dari logam tembaga yang berkilau, sering digunakan untuk berhias, dan pada zamannya, dianggap memiliki kekuatan ritual yang memungkinkan penggunanya melihat benda dari jarak jauh dengan cara khusus.
Benda berbentuk oval ini berukuran sekitar 30 cm dan memiliki desain artistik yang menunjukkan kemajuan peradaban masa lalu.
Pewarta: Taufan
Editor: M Rafid