PACITAN MISTERI || Pada abad ke-16, ketika Kesultanan Mataram Islam berada di puncak kejayaan di bawah pimpinan Sultan Agung, yang merupakan penerus tahta dari Panembahan Senopati R. Sutowijoyo, Mataram Islam memadukan berbagai ritual adat dan budaya dalam nuansa Islam Jawa, seperti grebeg syuro, sekaten, dan muludan.
Pada masa itu, Sultan Turki Ottoman, yang berkuasa, memberikan sebuah bendera atau panji-panji kepada Sultan Agung sebagai tanda pengakuan dan aliansi di kancah internasional.
Pada abad ke-18, ketika Pangeran Diponegoro berperang melawan penjajahan Belanda, panji yang dikenal sebagai Kyi Tunggul Wulung dibawa untuk membebaskan Pacitan, tanah kelahirannya, dari kolonial Belanda.
Panji ini kemudian dipercayakan kepada Kiai Eyang Yudho dan Eyang Suryo Buwono, yang berhasil mengusir Belanda dari Pacitan dan menawan Kanjeng Jimat, seorang tokoh yang menjadi boneka Belanda.
Panji Kyi Tunggul Wulung sangat disakralkan karena terbuat dari kain tahan api dengan rajah bertulisan Arab berbentuk segitiga bertuliskan "Kaf’a," yang melambangkan "penyatuan umat."
Bendera ini dipercaya terbuat dari bahan penutup Ka'bah di Mekkah dan menjadi simbol sejarah yang terlupakan dari Pacitan. Semoga Allah memberikan berkah bagi kita semua, keluarga, rakyat, dan penerus Nabi Muhammad.
Pewarta: Amat Taufan