Sanggar Seni Saptoargo: Benteng Pelestarian Seni Tradisional di Tengah Arus Globalisasi

 

BUDAYA (PACITAN TERKINI) - Sanggar Seni Saptoargo, dibangun tahun 2014 dan diresmikan pada tanggal 14 Agustus 2018. Pengurus sanggar tersebut menegaskan komitmennya yang kuat dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya tradisional yaitu Pedhalangan Wayang Kulit, Campursari, Seni Karawitan, dan Tari-tarian. Hal ini disampaikan oleh ketua sekaligus pemilik Sanggar Seni Saptoargo, Olga Septeza dalam acara wawancara yang saya adakan pada hari Jumat (22/11/2024).

Dengan berbagai langkah strategis yang terencana, Sanggar Seni Saptoargo sangat optimis dalam menjaga dan mengembangkan seni budaya tradisional agar tetap hidup dan relevan di tengah arus globalisasi sekarang ini. Sanggar Seni Saptoargo juga sudah dapat apresiasi dari masyarakat karena sudah tampil menawan di berbagai event.

Visi dan Misi Sanggar Saptoargo yaitu Mengembangkan seni yang ada di Nusantara dan ingin mengenalkan seni tradisi kepada anak muda. “Yang paling penting yaitu menjaga tradisi dan kearifan lokal khususnya Seni Musik Tradisional”. Hal tersebut disampaikan oleh ketua sanggar, Olga Septeza (22/11/2024).

Sanggar Seni Saptoargo yang berlokasi di RT.001/RW.012 Dusun Pengilen, Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan itu terbuka untuk generasi muda khususnya untuk Masyarakat Desa Candi dengan batas usia minimum sepuluh tahun, mencakup siswa dari SD hingga SMA dan orang dewasa. Proses perekrutan yang cermat dan pembinaan intensif bagi anggota baru menjadi kunci regenerasi dan memastikan kelestarian budaya.

Jadwal masuk latihan di Sanggar Saptoargo yaitu untuk anak-anak pada hari kamis sore pukul 13.00, dan minggu pagi pada pukul 08.00. Kemudian untuk orang dewasa yaitu pada hari sabtu malam minggu pukul 20.00.

Kisah inspiratif Sanggar Seni Saptoargo menjadi bukti nyata komitmen dan kerja keras dalam melestarikan budaya bangsa. Kegigihan mereka dalam beradaptasi dan berinovasi menjadi contoh bagi generasi muda untuk terus menjaga kekayaan budaya Indonesia.

Penulis: Hella Anggara Putra - PJKR - STKIP PGRI Pacitan

Lebih baru Lebih lama