Sejarah dan Asal-usul
Tari Serimpi merupakan salah satu tarian klasik tertua di Jawa yang memiliki nilai sakral. Awalnya hanya dipentaskan di lingkungan Keraton sebagai bagian dari upacara ritual. Para penarinya adalah pilihan khusus dari kalangan bangsawan. Tarian ini dikenal sejak masa Kerajaan Mataram dan berkembang di dua pecahan keraton setelah perpecahan tahun 1755: Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.
Makna Filosofis
Tari Serimpi melambangkan kelembutan, kehalusan, dan keanggunan wanita Jawa. Dalam masyarakat tradisional, wanita digambarkan sebagai sosok yang lembut dalam ucapan dan perilaku. Kata "serimpi" sendiri bisa berarti “perempuan” atau bahkan “mimpi”, mengandung makna puitis dan simbolik.
Perkembangan dan Jenis Tari Serimpi
Seiring waktu, Tari Serimpi mengalami diversifikasi jenis berdasarkan cerita, properti, dan gaya koreografi:
-
Serimpi PadheloriDiciptakan oleh Sultan HB VI & VII, menggunakan properti seperti pistol dan cundrik. Mengangkat cerita Menak: Dewi Sirtu Filaeli vs Dewi Sudarawerti.
-
Serimpi CinaBerasal dari Yogyakarta, kostumnya dipengaruhi budaya Tionghoa.
-
Serimpi Merak KasimpirDiciptakan Sultan HB VII, diiringi Gending Merak Kasimpir, menggunakan panah dan pistol.
-
Serimpi SangupatiCiptaan Pakubuwana IV/IX, melambangkan pewaris takhta kerajaan. Sering dipentaskan dalam konteks upacara besar.
-
Serimpi Gedhang WatiDiciptakan oleh Sultan HB V, menceritakan kisah Angling Darma. Ditarikan oleh 5 penari.
-
Serimpi AnglirmendhungGubahan KGPAA Mangkunegara I, awalnya untuk 7 penari, kini dibawakan oleh 4 penari.
-
Serimpi Ludira MaduDiciptakan Pakubuwana V, untuk mengenang ibunya yang berdarah Madura.
Gerakan dan Pola Tari
-
Ciri Utama: Gerakan halus, pelan, mengalir lembut mengikuti iringan musik gamelan.
-
Jenis Gerak:
-
Maju Gawang: Memasuki panggung dengan formasi khusus.
-
Pokok: Inti gerakan yang menggambarkan cerita.
-
Mundur Gawang: Keluar panggung dengan anggun.
-
-
Pola Lantai: Horizontal atau lurus. Penari tidak berpindah posisi, menari di satu titik, mendukung suasana tenang dan sakral.
Musik Pengiring
Menggunakan gamelan Jawa, dengan jenis gending berbeda sesuai adegan:
-
Gending sabrangan: saat masuk/keluar panggung.
-
Gending tengahan, ageng, ladrang: saat adegan utama.
-
Ayak-ayakan dan srebegan: untuk adegan perang (heroik).
Busana Penari Serimpi
Busana yang digunakan sangat khas dan mencerminkan adat Jawa:
-
Atasan: Tanpa lengan, warna hitam (dulu busana pengantin Yogyakarta).
-
Mekak: Kain penutup dada, bisa diganti rompi (disesuaikan jenis tari).
-
Selendang: Motif batik, warna cerah—sangat penting untuk gerakan tari.
-
Sanggul: Simbol keanggunan perempuan Jawa.
Kesimpulan
Tari Serimpi bukan sekadar seni pertunjukan, melainkan simbol budaya dan filosofi kehidupan masyarakat Jawa, khususnya perempuan. Meski kini lebih terbuka dan bisa dipelajari di lembaga seperti Taman Siswa atau Krida Beksa Wirama, Tari Serimpi tetap memegang nilai kesucian dan keagungan dalam setiap gerakannya.