Teknologi Tradisional “Eklek”: Warisan Inovasi Leluhur dari Tanah Pacitan

 

PACITAN TERKINI - Bismillah. Salam Literasi Sejarah. Pacitan Kota Misteri. 

Pacitan tidak hanya dikenal sebagai daerah wisata dan budaya, tetapi juga sebagai wilayah yang menyimpan jejak teknologi tradisional yang lahir dari kecerdasan lokal masa lampau. Salah satu warisan teknologi tersebut adalah “Eklek”, alat sederhana namun penuh filosofi yang telah digunakan sejak abad ke-13 hingga ke-14 M, khususnya pada masa kekuasaan Kerajaan Wiranti (Kalak/Donorojo) di bawah kepemimpinan Sunan Kalak, R. Prawiro Yudho, atau R. Panji.

Pada masa itu, wilayah Pacitan masih berupa hutan belantara. Demi membuka dan mengelola tanah kerajaan yang lebat dan belum terjamah, kerajaan membutuhkan alat bantu sekaligus senjata tajam yang ringkas, kuat, dan multifungsi. Maka lahirlah sebuah senjata khas yang dikenal sebagai “Arit”  senjata berbentuk bulan sabit, pipih, dan ringan, terbuat dari besi hasil tempa para pande besi kerajaan. Senjata ini berfungsi ganda: bisa untuk bertahan dan menyerang, namun juga sangat efektif digunakan untuk membabat semak belukar dan pepohonan kecil.

Namun, untuk membawa arit dengan aman dalam perjalanan, terlebih saat naik turun pohon atau menembus hutan, masyarakat zaman itu menciptakan sebuah wadah pelengkap. Alat ini dibuat dari kayu, panjang sekitar 60 cm, berbentuk melingkar dan berongga di bagian tengah, yang berfungsi sebagai tempat menyarungkan arit. Alat ini dinamai “Eklek.”

Nama Eklek sendiri mengandung makna mendalam. Filosofinya adalah kegembiraan dan kenyamanan dalam membawa senjata, karena dengan adanya eklek, arit bisa dibawa tanpa membahayakan pemiliknya. Menariknya, ketika arit dimasukkan dan dikeluarkan dari alat ini, akan terdengar bunyi khas: “klek… klek… klek…”, bunyi yang sekaligus menjadi asal nama alat tersebut. Ini bukan sekadar alat, melainkan cerminan dari peradaban lokal yang sudah memiliki konsep teknologi keselamatan di masanya.

Keberadaan Eklek menjadi bukti bahwa masyarakat Pacitan di masa lalu telah berpikir jauh ke depan dalam merancang alat perang yang aman dan praktis, bahkan bisa disematkan di pinggang dan digunakan dalam berbagai kondisi medan. Tradisi penggunaan Eklek pun masih hidup hingga kini, terutama di kalangan petani pedesaan Pacitan yang menggunakan arit sebagai alat sehari-hari.

Warisan seperti Eklek bukan hanya benda fungsional, melainkan simbol inovasi dan kearifan lokal yang patut dihargai dan dilestarikan. Di tengah modernisasi, masyarakat Pacitan masih menjaga warisan ini sebagai bagian dari identitas budaya dan sejarah yang membanggakan.

Mugio Gusti Allah SWT paring berkahipun teng Engsun; keluarga; rakyat lan penerus ipun Kanjeng Nabi Muhammad Rasulullah; bumi langit sak isinipun.

(Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kami, keluarga, rakyat, dan para penerus Nabi Muhammad SAW serta seluruh isi langit dan bumi).

Penulis: Amat Taufan

Lebih baru Lebih lama