MrJazsohanisharma

Titipan Ilahi: Menyadari Hakikat Harta dan Tahta dalam Kehidupan


PACITAN TERKINI - Hidup adalah anugerah yang tak ternilai, dan segala hal yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Baik harta kekayaan, jabatan, ilmu, maupun waktu semuanya adalah bentuk amanah yang dipercayakan kepada manusia. Kita tidak memiliki kuasa mutlak atas apa pun, karena pada akhirnya semua akan kembali kepada-Nya. Kesadaran ini merupakan fondasi penting dalam menjalani kehidupan yang penuh syukur dan rendah hati.

Harta, dalam pandangan manusia, sering kali menjadi simbol kesuksesan dan kemuliaan. Namun, bagi orang yang beriman, harta adalah ujian. Apakah ia akan digunakan untuk menolong sesama, atau justru menjadi sumber kesombongan? Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah dapat melapangkan atau menyempitkan rezeki siapa pun yang dikehendaki-Nya. Maka, tugas manusia hanyalah mengelola dan memanfaatkannya sesuai dengan ajaran agama, bukan untuk membanggakan diri.

Begitu pula dengan kekuasaan atau tahta. Banyak orang berlomba-lomba mengejarnya demi gengsi dan kebanggaan dunia. Padahal, kekuasaan adalah beban besar yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Seorang pemimpin sejati bukan yang merasa tinggi di hadapan rakyatnya, melainkan yang mampu melayani dengan tulus dan adil. Oleh sebab itu, tahta pun bukan milik sejati manusia, melainkan titipan yang sarat dengan amanah.

Sering kali manusia terjebak dalam euforia kepemilikan. Mereka merasa bangga atas jabatan tinggi, mobil mewah, rumah besar, atau aset berlimpah, seolah semua itu diraih semata karena usahanya sendiri. Padahal, tanpa izin dan kehendak Allah, tidak akan ada satu pun yang dapat diraih. Inilah pentingnya menyadari bahwa semua kelebihan yang kita miliki adalah bagian dari karunia Allah yang harus disyukuri, bukan disombongkan.

Rasa syukur bukan sekadar ucapan, tetapi tercermin dalam sikap dan perbuatan. Bersyukur berarti menggunakan setiap titipan dengan bijak, memberi manfaat kepada orang lain, serta tetap rendah hati dalam setiap keberhasilan. Bahkan dalam kesederhanaan pun seseorang bisa menunjukkan rasa syukur yang mendalam dengan menjalani hidup penuh keikhlasan dan kejujuran.

Ketika manusia mampu memahami bahwa ia hanya sebagai pengguna dan penjaga titipan Allah, maka ia akan lebih bijak dalam menjalani kehidupan. Ia tidak akan mudah iri pada keberhasilan orang lain, tidak pula merasa lebih unggul dari sesama. Ia menyadari bahwa semuanya hanya sementara, dan yang abadi hanyalah amal kebaikan yang dilakukan selama hidup di dunia.

Akhirnya, dengan menyadari bahwa harta dan tahta hanyalah titipan Ilahi, kita diajak untuk hidup lebih sederhana, tulus, dan penuh kasih. Dunia bukan tujuan akhir, tetapi ladang amal untuk mempersiapkan bekal pulang ke kampung akhirat. Maka, mari kita jaga amanah ini dengan sebaik-baiknya, seraya terus bersyukur dan tawakal kepada-Nya dalam setiap langkah kehidupan.

Penulis: Agoes Hendriyanto

Lebih baru Lebih lama