Gedruk, Sayur Rahasia dari Bumi Nglorok; Jejak Kuliner Pasundan di Tengah Rawa-Rawa Pacitan

 

Oleh: Amat Taufan

Bismillah. Salam Literasi Sejarah. Pacitan, Kota Misteri.
Di balik sunyi dan tenangnya kawasan Ngadirojo, Pacitan, tersimpan jejak kuliner kuno yang kini nyaris luput dari ingatan zaman. Masyarakat menyebutnya “Gedruk” atau “Bedruk”, sayur sederhana namun penuh filosofi, yang konon berasal dari abad ke-15 Masehi warisan para leluhur yang membuka hutan dan menetap di tanah berlumpur Nglorok.

Kisah Lama dari Bumi Pasundan

Jejak sejarah mencatat nama Kyai Ageng Bandung atau Raden Kian Santang, keturunan Prabu Siliwangi dari Pajajaran (Pasundan), yang atas seizin Betoro Katong, membuka hutan lebat di wilayah Pacitan bagian timur. Bersama rombongan keluarganya, beliau menetap di daerah yang saat itu masih berupa rawa-rawa subur: Tlatah Nglorok, yang kini dikenal sebagai Ngadirojo, Pacitan.

Tak hanya membawa peradaban dan tatanan nilai adiluhung dari tanah Pasundan, mereka juga membawa cita rasa dapur khas. Salah satunya: sayur khas berbahan dasar lengkuas muda, yang kemudian diberi nama Gedruk.

Rahasia Stamina dari Tanah Rawa

Lengkuas atau laos, umumnya dikenal sebagai bumbu pelengkap, namun di tangan leluhur Pasundan, tanaman ini diolah menjadi santapan pokok. Bagian bonggol mudanya dirajang halus, diberi bumbu tradisional, dan dimasak dengan teknik tumis (oseng) sederhana. Hasilnya: Sayur Gedruk—bertekstur lembut, kaya aroma akar, dan memiliki khasiat yang diyakini menambah stamina tubuh secara alami.

Lokasi Nglorok yang kala itu berawa-rawa ternyata sangat cocok untuk menanam lengkuas. Tidak heran jika tanaman ini menjadi sumber kekuatan hidup masyarakat yang tengah membangun kehidupan dari nol di tanah baru.

Filosofi dari Dapur Leluhur

Lebih dari sekadar makanan, Sayur Gedruk memiliki nilai filosofi mendalam:
"Memanggil kekuatan bumi untuk menyatu dengan kekuatan raga manusia."

Ia menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam, antara tubuh dan tanah, antara jiwa dan leluhur. Di balik setiap sendokan Gedruk, terselip doa-doa panjang untuk keberlangsungan hidup, ketahanan tubuh, dan ikatan spiritual dengan bumi tempat berpijak.

Jejak yang Mulai Terlupakan

Kini, meskipun sebagian masyarakat Nglorok terutama para sesepuh di Ngadirojo masih menjaga tradisi memasak Gedruk, namun pesonanya kian redup. Anak-anak muda nyaris tak mengenalnya, apalagi menghidangkannya di meja makan keluarga.

Padahal, Sayur Gedruk bukan hanya kuliner, tapi warisan teknologi pengolahan hayati dari masa lampau yang tak ternilai harganya. Ia adalah narasi tentang migrasi budaya, ketangguhan manusia, dan kecerdasan lokal yang menyatu dalam cita rasa sederhana.

Doa dan Harapan dari Tanah Leluhur

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semua, kepada keluarga besar para pewaris nilai-nilai Nabi Muhammad SAW, dan kepada langit serta bumi berikut seluruh isinya.

Di tengah gempuran zaman, Sayur Gedruk adalah ajakan lembut dari masa lalu:
"Kembalilah pada akar. Pada bumi. Pada cita rasa dan nilai yang menyatukan tubuh, sejarah, dan kearifan."

Lebih baru Lebih lama