Menyingkap Tabir Candi Sirih: Jejak Spiritualitas Abad ke-9 di Tengah Kapur Weru

 

PACITAN TERKINI - Di Dusun Kersan, Desa Karanganyar, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, berdiri sebuah situs yang nyaris terlupakan: Candi Sirih. Terletak sekitar 24 kilometer di selatan pusat kota Sukoharjo, bangunan candi ini menyimpan sejarah spiritual yang mendalam. 

Meski sekilas tampak sederhana, nama “Sirih” bukan berasal dari tumbuhan, melainkan dari kata “sesirih” yang dalam budaya Jawa bermakna olah batin untuk menahan hawa nafsu. Hal ini mengisyaratkan fungsi candi sebagai tempat tapa atau perenungan spiritual pada masa lampau.

Candi ini hanya berukuran 7 x 7 meter, berada di dalam area yang lebih luas sekitar 15 x 15 meter, dan terbuat dari batu tufa jenis batu yang jarang digunakan untuk candi karena sifatnya yang rapuh

Penemuan candi ini pun nyaris tak terbayangkan: dahulu tertutup rimbunnya ilalang dan pepohonan, hingga masyarakat tak menyadari bahwa di balik semak itu tersembunyi reruntuhan candi kuno. Bahkan beberapa bongkahan batu sempat digunakan warga untuk talud karena bentuknya yang simetris dan praktis.

Ekskavasi pertama oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dimulai pada tahun 2019, mengungkap struktur candi induk, tiga candi perwara, arca matahari atau bulan, serta lingga patok simbol Brahmastana.

Penemuan arca Wisnu dan Agastya pada ekskavasi lanjutan tahun 2021 semakin memperkuat dugaan bahwa Candi Sirih adalah peninggalan Hindu dari masa Mataram Kuno abad ke-8 hingga ke-10. Meski belum sepenuhnya tereksplorasi, temuan-temuan ini membuka tabir sejarah spiritual Sukoharjo, menjadikan Candi Sirih sebagai satu-satunya bangunan candi yang relatif utuh di wilayah ini, sekaligus simbol jejak spiritual leluhur yang menanti untuk terus diungkap.

Lebih baru Lebih lama