Kita Bukan Pemilik Langit, Hanya Musafir yang Datang dari Tanah dan Kembali ke Tanah



PACITAN TERKINI - Manusia tidak memiliki hak atas sifat-sifat langit karena sejatinya kita adalah makhluk ciptaan yang ditakdirkan sebagai khalifah di bumi. Kedudukan manusia bukanlah untuk menguasai jagat raya, melainkan untuk menjaga keseimbangan dan mengelola bumi dengan bijaksana.

Hakikat penciptaan manusia berawal dari tanah—unsur sederhana yang menjadi dasar kehidupan. Dari tanah kita diciptakan, di bumi kita hidup dan berperan, lalu pada akhirnya kita pun akan kembali ke tanah. Siklus ini mengingatkan bahwa manusia hanyalah titipan yang sementara, bukan penguasa mutlak.

Kesadaran bahwa manusia berasal dari tanah mengajarkan kerendahan hati, bahwa kebesaran sejati hanyalah milik Sang Pencipta. Sementara itu, peran sebagai khalifah menuntut tanggung jawab moral dan spiritual: menjaga bumi, menghormati sesama, dan tidak melampaui batas dengan mengklaim sifat-sifat yang hanya layak dimiliki langit, yakni milik Tuhan.

Manusia tidak berhak menyalin sifat-sifat langit.
Sebab kita hanyalah khalifah, dititipkan pada bumi,
dilahirkan dari tanah yang sederhana,
dan kelak akan dipeluk kembali olehnya.

Kita berjalan di atas debu,
menghirup udara yang bukan milik kita,
dan menegakkan hidup dalam batas fana.
Langit terlalu tinggi untuk digapai,
sementara tanah begitu dekat,
mengingatkan kita pada asal-usul yang sejati.

Dari tanah kita tumbuh,
dari tanah kita diberi rezeki,
dan kepada tanah pula kita kembali,
menyempurnakan lingkar kehidupan.

Maka janganlah kita mendaku kuasa langit,
sebab yang abadi hanyalah milik-Nya.
Tugas kita sederhana namun mulia:
menjaga, merawat, dan menundukkan diri
dalam kerendahan hati
sebagai tamu di bumi yang sementara.

Lebih baru Lebih lama