Perjalanan Menemukan Diri dalam “Semusim, dan Semusim Lagi”

 

PACITAN TERKINI - Bagi penulis Andina Dwifatma, novel “Semusim, dan Semusim Lagi” bukan sekadar karya sastra — ia adalah cinta pertama. Diterbitkan oleh Gramedia, buku ini menjadi pintu masuk Andina ke dunia kepenulisan, membuka jalan menuju ruang imajinasi dan refleksi diri yang lebih dalam. “Sebagaimana cinta pertama, buku ini selalu di hati,” ujarnya dengan nada penuh nostalgia.

Dalam karya debutnya ini, Andina menuturkan kisah seorang remaja SMA yang tumbuh tanpa kehadiran ayah. Hidup berdua bersama sang ibu yang dingin dan berjarak membuat sang tokoh utama kerap diliputi kesepian. Namun, segalanya berubah ketika ia menerima surat dari ayahnya — sebuah undangan untuk bertemu di kota lain. Keputusan untuk meninggalkan rumah menjadi awal perjalanan penuh kejutan yang mengubah hidupnya selamanya.

Lebih dari sekadar kisah tentang hubungan keluarga, “Semusim, dan Semusim Lagi” merupakan perjalanan menuju kedewasaan dan pencarian jati diri. Dalam setiap halaman, Andina mengajak pembaca menyelami pertanyaan eksistensial: siapa aku, dan apa makna keberadaanku di dunia ini?

Bagi pembaca yang mengenal Andina lewat karya keduanya “Lebih Senyap dari Bisikan”, novel pertama ini mungkin terasa berbeda — lebih mentah, lebih polos, tapi justru di sanalah letak pesonanya. “Semusim” menyimpan kejujuran seorang penulis muda yang baru saja jatuh cinta pada dunia menulis.

“Buku ini mengajarkan bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup, dunia ini tetap indah — dan hanya itu yang kita punya,” tulis Andina, mengutip pesan dari Dea Anugrah yang juga menemukan makna hidup dalam kisah ini.

Lebih baru Lebih lama