PACITANTERKINI || Salam Literasi Sejarah, Pacitan Kota Misteri: CITUS MAKAM BRAWIJAYA AKHIR/ SUNAN LAWU/ PANEMBAHAN IMAM SAMPURNO / R.TEJO KUSUMO.
Lokasi situs di Desa Jatimalang; Kec.Arjosari / Kab.Pacitan, diperkirakan pada Abad 12-13M. Majapahit di ambang kehancuran tatkala memasuki zaman Islam di bumi jawa. Brawijaya Akhir selaku Raja akhir Majapahit yakin akan hal tsb; lalu mengutus Salah seorang Pangeran putera beliau utk membuka Hutan perbatasan dengan Kerajaan Pajajaran/ Sunda yg terletak di bagian barat jawa di tandai dengan batu kembar / Bandar yg bernama R.PANJI/ Pangeran Kalak utk meneruskan tahta kerajaan Hindu di sana
Sejarah dan lokasi sakral di Pacitan, khususnya terkait dengan Brawijaya Akhir atau yang kemudian dikenal sebagai Sunan Lawu dengan gelar Panembahan Imam Sampurno/Tejo Kusumo.
Kisah yang Anda ceritakan menarik karena menggambarkan peralihan agama dari Hindu ke Islam dan peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di Jawa pada saat itu. Sunan Lawu, yang awalnya Raja Brawijaya Akhir, diislamkan oleh Sunan Kalijaga dan bergelar Panembahan Imam Sampurno/Tejo Kusumo.
Pentingnya kerjasama antara tokoh-tokoh agama seperti Wali Songo, Sultan Cirebon, Sultan Pasai, Sultan Turki, dan Adipati Sedayu dalam mengislamkan daerah-daerah di Jawa juga tercermin dalam cerita tersebut. Pembuatan masjid sebagai markas perjuangan dan simbol-simbol keislaman seperti kubah dengan lambang Kepala Naga atau Kepala Burung Merak Jawa memberikan nuansa khusus pada tempat tersebut.
Lokasi di Desa Jatimalang, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, yang dianggap sakral oleh masyarakat setempat, menjadi warisan berharga dari sejarah tersebut. Dengan adanya situs ini, masyarakat dapat terus mengenang dan merayakan nilai-nilai sejarah dan keislaman yang diwariskan oleh tokoh seperti Sunan Lawu.
Bagi para peneliti sejarah dan pecinta literasi, cerita ini juga memberikan sudut pandang yang menarik tentang peran tokoh-tokoh pada masa lalu dalam membentuk identitas dan agama suatu daerah. Semoga warisan sejarah ini terus dijaga dan diapresiasi oleh generasi selanjutnya.(Amat Taufan)