Citus "Pancing dan Senar Sedudo" Pengetahuan Tradisional Pacitan

 

PACITANTERKINI || Pada abad ke-8 M, tepatnya di pesisir laut perbatasan kerajaan Pasundan dan Mojopahit, hidup seorang pemuda gagah perkasa bernama Joko Samudro. Beliau dikenal sebagai nelayan ulung yang mahir menangkap ikan. Keberaniannya dan paras ganteng membuatnya disukai oleh Dewi Angin Angin, puteri dari Ratu Laut Selatan yang cantik jelita. Meskipun berasal dari alam yang berbeda, Joko Samudro dan Dewi Angin Angin akhirnya menikah.

Setelah pernikahan mereka, Joko Samudro kembali ke alam manusia dengan membawa pemberian dari Sang Puteri Laut Selatan, yaitu pancing dan senar Sedudo. Alat tersebut memiliki keistimewaan, dapat membuat semua ikan dan makhluk laut lumpuh jika terkena. Suatu hari, ketika Joko Samudro menggunakan pancingnya di samudra selatan Pacitan, ia tanpa sengaja menangkap seekor Hiu Tutul. Namun, hal yang tidak terduga terjadi ketika ikan Hiu Tutul tersebut bisa bicara dan mengaku sebagai jelmaan putera Joko Samudro.

Dalam cerita yang mengharukan, ikan Hiu Tutul mengungkapkan bahwa ia adalah anak dari Joko Samudro. Sang pemuda pun memanggil istrinya di alam gaib, dan kebenaran pun terungkap. Anaknya, yang berwujud ikan Hiu Tutul, akhirnya dikembalikan ke Laut Selatan. Joko Samudro memberi pesan kepada masyarakat agar tidak membunuh ikan Hiu Tutul jika menemukannya, karena itu adalah jelmaan putera kesayangannya.

Pancing dan senar Sedudo yang dimiliki oleh Joko Samudro tetap digunakan oleh para nelayan Pacitan, terutama di Pantai Selatan. Dengan ilmu tersebut, mereka mampu menghadapi ikan-ikan besar di lautan, terutama di Laut Selatan Jawa. Banyak ikan besar yang dapat ditaklukkan oleh beberapa orang nelayan. Masyarakat pantai menyebut fenomena ini sebagai "Banyonan."

Pewarta: Amat Taufan

Editor: Muhamad Rafid

 

Lebih baru Lebih lama