PACITANTERKINI || BISMILLAH. Salam Literasi Sejarah! Mari kita jelajahi "Pacitan Kota Misteri" dan temukan keunikan dari "Citus Bumi Wareng".
Di Desa Wareng, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terdapat situs bersejarah yang memperlihatkan jejak kehidupan manusia purba. Diperkirakan pada zaman prasejarah, saat peradaban manusia mulai berkembang pesat, kelompok manusia tertua mendiami gua-gua di lokasi ini dan bertahan hidup dengan berburu menggunakan alat-alat yang dibuat dari batu keras, seperti lembing, tombak, dan panah yang terbuat dari Batu Rijang. Mereka juga melakukan ritual pemakaman dengan cara menguburkan jenazah di dalam gua dengan posisi tangan bersedekap dalam area pemakaman massal.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat yang berkembang di wilayah ini memberi nama desa mereka "Wareng," yang dapat diartikan sebagai "Bumi yang Disucikan." Pada masa itu, masyarakat percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan keyakinan mereka dikenal dengan sebutan "Kapitayan Pacitanian," yang menganggap Wareng sebagai bumi yang sakral.
Pada abad ke-18 M, wilayah ini menjadi saksi kedatangan seorang alim ulama dari Keraton Yogyakarta, yang dikenal sebagai Panglima Perang dan pengikut Pangeran Diponegoro. Dengan julukan "Panglima Banteng," beliau dikenal sebagai sosok yang pendek, tampan, dan berperawakan kekar seperti banteng, serta sangat kuat dan sakti. Sebutan "Banteng Wareng" menjadi terkenal dan dihormati, bahkan ditakuti oleh pihak Belanda yang menguasai Jawa bagian Selatan pada waktu itu.
Panglima Banteng bersama laskar-laskar dari Keraton Yogyakarta menyusun strategi perang dan mendukung Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda di Kadipaten Pacitan. Beliau dan para pengikutnya bermarkas di Gua Tabuhan, hingga akhir hayatnya. Untuk menghormati jasa-jasa beliau dan leluhur masyarakat setempat, desa tersebut diberi nama "Desa Wareng."
Semoga Allah SWT memberkahi kita semua.
Penulis: Amat Taufan