PACITAN TERKINI || Pada abad ke-17 hingga ke-18 Masehi, ketika Kadipaten Pacitan dipimpin oleh Adipati Setro Ketipo yang diangkat oleh Sultan Hamengkubuwono I dari Kesultanan Yogyakarta, budaya dan makanan khas dari Yogyakarta mulai diperkenalkan ke Pacitan. Salah satu hidangan khas yang diadaptasi masyarakat Pacitan adalah camilan bernama "Cekeremes."
Cekeremes terbuat dari bahan dasar singkong atau ubi kayu yang diolah dengan cara dihaluskan hingga menghasilkan tepung. Tepung ini kemudian dibentuk menyerupai mie, dikukus, lalu dijemur di bawah terik matahari hingga kering sebelum digoreng hingga renyah. Pada masanya, setiap lima helai Cekeremes diikat menjadi satu menggunakan tali bambu. Camilan ini sangat digemari anak-anak sekolah karena rasanya yang gurih dan harganya yang terjangkau. Sayangnya, keberadaan Cekeremes kini sangat langka, dan camilan ini diperkirakan sudah punah sejak abad ke-20.
Keberadaan Cekeremes di masa lalu menjadi bukti bahwa teknologi pengolahan singkong di Pacitan sudah cukup maju, serta menunjukkan upaya masyarakat dalam menciptakan ketahanan pangan yang tidak bergantung sepenuhnya pada beras. Secara filosofis, bentuk Cekeremes yang melingkar melambangkan siklus kehidupan yang berputar menuju tujuan akhir dan mengingatkan manusia untuk berserah kepada Tuhan.
Meskipun Cekeremes kini hanya menjadi legenda di Pacitan, ia mengingatkan kita akan sejarah kuliner yang sarat makna dan kearifan lokal. Di tengah hadirnya berbagai makanan modern, warisan ini menyiratkan nilai yang mendalam, baik dari segi kesehatan maupun makna spiritual. Semoga Gusti Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semua.
Penulis: Amat Taufan