PACITAN TERKINI - Di balik setiap program atau kegiatan yang didanai oleh anggaran publik, baik melalui hibah kebudayaan, bantuan pendidikan, maupun kompetisi kreatif, ada satu benang merah yang selalu jadi penentu: laporan keuangan yang transparan dan akurat.
Tapi bagaimana jika suara dari meja bendahara berbeda dari suara tim pelaksana?
Kondisi ini bukan sekadar salah paham biasa. Dalam banyak kasus, ketidaksinkronan antara bendahara dan tim menjadi indikasi awal adanya ketidakwajaran mulai dari pencatatan fiktif, bukti pengeluaran yang tidak jelas, hingga potensi penyalahgunaan dana.
"Kalau bendahara tak tahu kegiatan lapangan, lalu siapa yang pegang bukti realisasi anggaran?" ujar Agoes Hendriyanto pemred Prabangkaranews. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan.
Maka, komunikasi dan transparansi menjadi bukan sekadar etika, tapi syarat utama pencairan dana lanjutan.
Lebih dari sekadar angka dan tanda tangan, laporan keuangan mencerminkan integritas dan akuntabilitas tim. Ketika bendahara mulai "tidak nyambung", bisa jadi tim mulai kehilangan arah atau ada yang sengaja menutupinya.
RAB harus menjadi acuan dalam melakukan agenda yang tertuang dalam Linimasa kegiatan. Gunakan anggaran yang tertulis dalam Rancangan Anggaran Belanja. Oleh sebab itu pemegang atau penanggung jawab kegiatan harus sepenuhnya bekerja dengan cermat agar setiap kegiatan berjalan dengan baik.
Jika Ketua tidak cakap dalam melakukan kegiatan, hal ini akan menjadi salah satu preseden bagi pencapaian luaran yang telah ditandatangi di kontrak.