PACITANTERKINI || Pada Abad 18-19 Masehi ketika Belanda menjajah Pacitan, Situs Teluk Pacitan menjadi sebuah pemandangan yang sangat mempesona. Situs ini dipotret dalam foto udara yang menampilkan keindahan alam Pacitan, dengan latar belakang Gunung Lawu yang menjulang tinggi di atas awan, menciptakan suasana yang syahdu. Gunung Lawu, yang memiliki makna sakral bagi penduduk Jawa, menjadi latar belakang bagi wilayah Pacitan yang terkesan sepi tanpa penghuni.
Gunung Lawu, yang pada abad ke-13 hingga ke-14 Masehi dikenal sebagai tempat bertapa terakhir dari Brawijaya Akhir yang kemudian diislamkan oleh Sunan Kali Jogo dan diberi julukan "Sunan Lawu", memiliki kisah yang dalam dalam proses penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.
Brawijaya Akhir turun dari Gunung Lawu menuju Teluk Pacitan untuk bertapa dan memohon petunjuk dari Allah SWT. Untuk menghindari dikenali oleh puteranya, beliau mengubah namanya menjadi "R.Tedjo Kusumo" atau "Panembahan Imam Sampurno". Setelah meninggalkan Teluk Pacitan, beliau mencari tempat yang cocok untuk mengislamkan puteranya di daerah Alas Jati yang lebat, di Jati Malang (Arjosari/Pacitan), dengan latar belakang Gunung Lawu.
Situs Teluk Pacitan memiliki aura sakral yang sangat kuat dan diyakini oleh banyak peziarah luar kota akan keberadaan aura mistik di lokasi tersebut. Hubungan antara Gunung Lawu dan Teluk Pacitan dianggap sebagai "Pasangan" yang tidak terpisahkan hingga saat ini, dan banyak yang mengunjungi tempat ini sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kekuatan spiritual yang dianggapnya membawa berkah bagi keluarga, rakyat, dan umat Muslim.
Pewarta: Amat Taufan
Editor: M Rafid